Jumat, 08 Mei 2015

Makalah Filsafat Budaya (Akulturasi)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sebagai mahluk dinamis, manusia beserta kebudayaannya tidak terlepas dari yang namanya perubahan. Merupakan sebuah kenyataan bahwasannya setiap kebudayaan selalu dalam proses perubahan. Banyak hal yang menyebabkan perubahan suatu kebudayaan, salah satunya adalah akulturasi. Akulturasi merupakan bentuk asimilasi dalam kebudayaan yang berpengaruh antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Jadi, akulturasi itu akan terjadi jika adanya hubungan yang cukup lama antara dua kebudayaan yang berbeda.
            Dewasa ini, sedikit orang yang memahami akan artinya akulturasi itu, sehinggga perubahan-perubahan yang terjadi di suatu lingkungan hidup tidak terasa yang pada hakikatnya telah terjadi banyak perubahan yang disebabkan banyak faktor, baik itu dari luar atau pun dari dalam. Padahal dalam kenyataannya perubahan itu dapat dikendalikan dengan pengertian, kesadaran dan dengan menyusun konsepsi corak baru kebudayaan yang lahir dari akulturasi. Dilihat dari agama akulturasi itu dianjurkan, sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-Hujurat: 13, yang menegaskan bahwa umat manusia itu terdiri dari satu kesatuan sosial yang mengharuskan bangsa dan kaum berkenalan antara yang satu dengan yang lain. Tegasnya, memperkenalkan kebudayaannya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang penulis utarakan, maka yang menjadi pokok bahasan penulis merumuskan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan akulturasi itu?
2.      Bagaimana potensi akulturasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?



C. Tujuan Penulisan
            Dengan adanya tulisan ini Para pembaca dapat mengetahui, memahami tentang apa yang dinamakan dengan akulturasi dan segala hal yang yang tercakup di dalamnya. Selain itu, ditulisnya makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada Mata Kuliah Filsafat Budaya.


























BAB II
PEMBAHASAN

Akulturasi

A.    Perubahan Budaya
Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru, dan akibatnya dalam penyesuaian cara hidup dan kebiasaannya kepada situasi baru. Tidak setiap perubahan berarti kemajuan, perubahan itu disertai kritik, konflik dan pembatalan nilai-nilai lama lalu menyeleweng dari hasil yang telah dicapai, ataupun membawa serta penghalusan warisan kebudayaan dan peningkatan nilai-nilai. Perubahan yang paling berharga terjadi di dalam masyarakat, dimana ketahanan mental-rohani selalu sanggup memperbaharui dirinya oleh daya kritik diri, refleksi dan daya cipta. Autokritik di hadapan nilai-nilai objektif menjamin bahwa perubahan bersifat kemajuan. Lapangan autokritik itu diisi baik dengan penemuan baru di dalam kebudayaan sendiri maupun dengan sarana, ajaran, adapt, dan sikap yang ditemukan dalam kebudayaan lain.
Penemuan daya uap, listrik, suntikan, radio, aviatik, dan energi nuklir mengubah wajah kebudayaan barat dalam dasawarsa terakhir lebih intens daripada dalam ribuan tahun sebelumnya. Semua itu terjadi berkat perencanaan sistematis untuk membuka tabir rahasia alam. Setiap tahun lebih dari 100.000 penemuan yang dituju dan diakui dengan hak oktroi. Semua itu mengakibatkan perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, nilai budaya dan pemandangan dunia tanpa adanya kontak yang menyuburkan dengan lingkungan kebudayaan lain. Jumlah tulisan yang pernah disusun sejak papyrus Mesir atau cuneogram Babilon pertama sampai tahun 1948 sebanyak jumlahnya dengan buku-buku yang dicetak antara 1948-1958. Proses mengintegrasikan nilai internasional itu ke dalam kebudayaan-kebudayaan lokal tradisional disebut akulturasi. Penjiwaan dan reintegrasi struktur budaya lama berkat pinjaman budaya dari luar, serta tuntutan asimilasi pun merupakan seluruh problematik akulturasi.
Untuk menjelaskan perubahan struktural orang harus mempertimbangkan bobot kausal variable-variabel tertentu. Artinya, haruslah ditentukan unsure, institusi, atau struktur mana yang lebih mendasar, lebih fungsional daripada yang lain. Suatu intuisi atau kegiatan budaya dikatakan fungsional manakala memberikan andil bagi adaptasi atau penyesuaian sistem tertentu dan disfungsional apabila melemahkan adaptasi. Intuisi yang sama itu bahkan dapat sekaligus mempunyai konsekuensi fungsional dan disfungsional, meskipun jika ditimbang-timbang akan ternyata ia lebih disfungsional daripada fungsional atau sebaliknya.
Perubahan kebudayaan tidak terlepas dari hubungan sosial. Terjadinya perubahan itu dikarenakan adanya perubahan sosial sehingga terjadilah perubahan kebudayaan. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas, sehingga sudah tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan-perubahan dalam kebudayaan tidak perlu mempengaruhi system sosial. Kebudayaan dikatakan mencakup segenap cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan karena warisan yang berdasarkan keturunan. Taylor mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum adapt istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, perubahan-perubahan kebudayaan merupakan setiap perubahan dari unsure-unsur tersebut.
Walaupun secara teoritis dan analitis pemisahan antara pengertian-pengertian tersebut dapat dirumuskan, di dalam kehidupan nyata, garis pemisaha tersebut sukar dapat dipertahankan. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri seperti berikut :
1.      Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
2.      Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja.
3.      Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
4.      Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
Dalam perubahan budaya ini tidak terlepas dari pengaruh masyarakat lain,  hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbale balik. Artinya, masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lain, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu dari dua kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan terhadap unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula unsure-unsur tersebut ditambahkan  pada kebudayaan asli. Akan tetapi, lambat laun unsur-unsur kebudayaan aslinya diubah dan diganti oleh unsur-unsur kebudayaan asing.

B.     Pengertian Akulturasi
Akulturasi adalah bentuk asimilasi dalam kebudayaan, pengaruh pada suatu kebudayaan oleh kebudayaan lain yang terjadi apabila pendukung -pendukung dari kebudayaan itu berhubungan lama1). Sebuah panitia dari Social Science Research Council, terdiri dari R. Redfield, R. Linton dan M. Herskovits untuk merumuskan akulturasi secara teliti, yang hasilnya mereka mendefinisikan :
 

1Gazalba Sidi, Kebudayaan Sebagai Ilmu, (Jakarta: Pustaka Antara,1968), cet. III, hlm. 119.

“Acculturation comprehends those phenomena which result when groups of individuals having different cultures come into continous first-hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns of either or both groups”2).
Untuk dapat berhasil baik akulturasi perlu dipenuhi dengan syarat berikut, yaitu :
a.       Syarat persenyawaan (affinity), yaitu sebuah penemuan baru diterima tanpa “shock”, bila kebudayaan acceptor telah mampu menemukan hal semacam itu                  sendiri. Metode development baru lebih memperhatikan penjiwaan (animation) tradisi daripada penghapusannya.
b.      Syarat keseragaman (homogeneity), harus dapat diolah jangan sampai ditinggalkan.
c.       Syarat fungsi, dibuktikan. Unsur-unsur asing yang hanya diimport untuk gengsi dan kementerengan tidak tahan lama, tapi jawaban atas soal yang dicari tanpa hasil di dalam segera diasimilir bila didapat di luar.
d.      Syarat seleksi, yang ditentukan oleh kebutuhan jasmani dan roahani, objectif dilaksanakan menurut batas-batas habitat dan biome dan selera subjectif, bila dipilih tanpa pertimbangan matang, keutuhan kebudayaan terancam.
Akulturasi adalah proses “midway” antara konfrontasi dan fusi. Dalam konfrontasi belaka, dua pihak berhadapan satu sama lain dalam persaingan yang mungkin menimbulkan konflik3).




 


2Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), cet. 15, hlm. 115.
3Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), cet. 15, hlm. 119.



C.    Pendukung Akulturasi dan Keadaannya
Pendukung-pendukung akulturasi yang aktif itu adalah angkatan muda, sedangkan angkatan yang tua itu mereka enggan, tidak mau bahkan biasanya menolak unsure-unsur kebudayaan asing. Perbedaan sikap dalam akulturasi antara golongan tua dan muda adalah disebabkan oleh kepribadian, tabiat dan isi jiwa masing-masing, sehingga yang tua ingin tetap bertahan dalam kebudayaan lama sedangkan yang muda bergerak pindah kepada kebudayaan yang baru. Selain itu, diantara bangsa yang mengalami akulturasi ada individu-individu yang tidak bias bertahan dalam kebudayaan yang lama dan tidak pindah kepada kebudayaan yang baru, sehingga mereka takserbatentu dalam kebudayaan yang akhirnya mengalami vakum kebudayaan. Orang yang mengalami vakum dalam kebudayaan itu diantaranya yang celaka sekali, kehidupan mereka teratur, mereka kehilangan ukuran dan nilai, kehilangan pegangan serta pedoman dalam kehidupan.

D.    Masalah dan Perubahan Akulturasi
Masalah akulturasi ialah penyesuaian diri antara manusia dan golongan-golongan manusia. Kebudayaan yang lebih tinggi tingkatannya merupakan pemimpin dari mereka yang tingkat kebudayaannya rendah. Duyvendak dan Baal mengatakan dalam akulturasi Indonesia bahwa kebudayaan Baratlah yang merupakan pemimpin. Adapun perubahan akulturasi itu pada dasrnya adalah dalam pengetahuan, cita-cita, tingkahlaku perbuatan, kebiasaan individu-individu yang mengalami proses tersebut. Perubahan ini melalui representations collective, yang artinya pada teori ini saling mempengaruhi antar pribadi, individu yang lain dipengaruhi oleh individu yang telah berubah sehingga makin banyak individu yang berubah, maka makin banyak yang beranggapan umum. Anggapan umum itu mempengaruhi masyarakat dan isi anggapan umum itu akhirnya dimilki oleh masyarakat dan terbentuklah representations collectives.



E.     Potensi Akulturasi
            Individu-individu merespons perubahan baru dengan berdasarkan pengalaman mereka terdahulu. Mereka menerima apa yang menguntungkan dan menolak apa yang akan merugikan, serta pola akulturasi itu tidaklah seragam tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensi akulturasi yang dimilki imigran sebelum berimigrasi. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dengan budaya pribumi merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi akulturasi. Berdasarkan karakteristik, imigran yang lebih tua umumnya mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka lebih lambat dalam memperoleh budaya-budaya baru (Kim, 1976). Pendidikan terlepas dari konteks budayanya, dapat memperbesar kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman baru dan menghadapi tantangan hidup.
            Faktor lain yang memperkuat potensi akulturasi adalah factor-faktor kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil risiko, keterbukaan dan sebagainya. Karakteristik seperti ini membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. Pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat media massa juga dapat mempertinggi potensi akulturasi imigran.

F.     Mempermudah Akulturasi Lewat Komunikasi
Sebagaimana orang pribumi mengalami enkulturasi lewat komunikasi, maka seorang imigran terakulturasi ke dalam budaya pribumi lewat komunikasi pula.  Proses akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan dan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominant yang ada pada masyarakat pribumi. Kecakapan komunikasi pribumi yang diperoleh pada gilirannya mempermudah semua aspek penyesuaian diri lainnya dalam masyarakat pribumi. Informasi tentang komunikasi imigran memungkinkan kita meramalkan derajat dan pola akulturasinya sebagai suatu kerangka konseptual untuk menganalisis pola-pola komunikasi imigran, serta perspektif sistem komunikasi telah disajikan. Secara ringkas, perspektif sistem mengakui proses-proses interaksi dinamik antara komunikasi persona, komunikasi sosial, dan lingkungan komunikasi. Komunikasi persona dapat dianalisis dengan melihat kompleksitas kognitif, pengetahuan tentang pola-pola dan aturan-aturan komunikasi pribumi, citra diri, dan motivasi akulturasi.  Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat mempermudah akulturasi yang dialaminya dalam masyarakat pribumi. Potensi akulturasi ditentukan oleh factor-faktor berikut :
1.      Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi.
2.      Usia pada saat berimigrasi.
3.      Latar belakang pendidikan.
4.      Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.
5.      Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi.
Proses akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan kontak langsung dengan sistem sosio-budaya pribumi. Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan social, lingkungan komunikasi, dan potensi akulturasi sebelum berimigrasi-secara interaktif mempengaruhi jalannya perubahan pada proses akulturasi imigran. Proses akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus, tapi bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan asimilasi yang sempurna. Kotak langsung dan terus-menerus yang dilakukan imigran dengan suatu lingkungan sosio-budaya yang baru akan menimbulkan perubahan akulturatif. Akulturasi yang tidak menyeluruh bergantung pada pendapat orang, dapat ditafsirkan sebagai bukti adanya (sebagian) asimilasi atau (sebagian) etnisitas.
Untuk menunjang kecakapan komunikasi dalam budaya pribumi, imigran harus mengembangkan kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan dengan lingkungan pribumi. Dengan mengembangkan suatu komunikasi akulturasi yang kuat, imigran menjadi terorientasi secara positif terhadap masyarakat pribumi dan menerima norma-norma dan aturan-aturan budaya pribumi. Dengan partisipasi aktif dalam sistem-sistem komunikasi pribumi, imigran akan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih realistic dan pandangan yang lebih positif tentang suatu cara hidup yang baru. Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif mendorong dan menarik antara seorang imigran dan lingkungan pribumi, tapi anggota-anggota masyarakat pribumi dapat mempermudah akulturasi imigran dengan menerima pelaziman (conditioning) budaya asli imigran, dengan memberikan situasi-situasi komunikasi yang mendukung kepada imigran, dan dengan menyediakan diri secara sabar untuk berkomunikasi antar budaya dengan imigran.
Inti akulturasi interaktif adalah proses komunikasi yang menghubungkan individu-individu imigran dengan lingkungan sosio-budaya mereka. Selama saluran-saluran komunikasi bersama tetap kuat, konsensus dan pola-pola tindakan bersama akan tetap berlangsung dalam masyarakat pribumi. Seperti yang dikatakan oleh Mendelson (1964), bahwa komunikasi dapat menggabungkan kelompok-kelompok minoritas ke dalam suatu organisasi social yang memilki gagasan-gagasan dan nilai-nilai bersama.  


















BAB III
KESIMPULAN

Perubahan kebudayaan terjadi dimana-mana, salah satunya akulturasi. Akulturasi adalah bentuk asimilasi, perubahan dalam kebudayaan, pengaruh pada suatu kebudayaan oleh kebudayaan lain yang terjadi apabila pendukung -pendukung dari kebudayaan itu berhubungan lama
R. Redfield, R. Linton dan M. Herskovits sebagai panitia dari Social Science Research Council merumuskan akulturasi secara teliti, yang hasilnya mereka mendefinisikan : “Acculturation comprehends those phenomena which result when groups of individuals having different cultures come into continous first-hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns of either or both groups”.
Perubahan baru terjadi berdasarkan pengalaman. Individu-individu menerima apa yang menguntungkan dan menolak apa yang akan merugikan, serta pola akulturasi itu tidaklah seragam tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensi akulturasi yang dimilki imigran sebelum berimigrasi. Adapun yang memperkuat potensi akulturasi adalah factor-faktor kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil risiko, keterbukaan dan sebagainya. Dalam akulturasi tidak terlepas dari komunikasi, akulturasi terjadi karena adanya komunikasi. Potensi akulturasi ditentukan oleh factor-faktor berikut :
1.      Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi.
2.      Usia pada saat berimigrasi.
3.      Latar belakang pendidikan.
4.      Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.
5.      Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi.





DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, David., Robert A. Manneis. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
           
            Bakker, JMW. 2005. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

            Gazalba, Sidi. 1968. Kebudayaan Sebagai Ilmu. Djakarta: Pustaka Antara.

            Mulyana, Deddy., Jalaluddin Rakhmat. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

         Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.















1 komentar:

  1. viacasino.com | youtube - Viacasino.com
    viacasino.com. 18 months, Viacasino.com is a 인카지노 real online casino and sportsbook site. The site งานออนไลน์ uses cookies. If you 유튜브 음원 추출 like our site then you will also find

    BalasHapus