Jumat, 08 Mei 2015

Makalah Sejarah Peradaban Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Bealakang

Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan Besar berkuasa, yakni kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India).Namun, seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai menunjukkan usaha kebangkitannya.
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Di antara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang terpenting adalah Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang Eropa yang datang untuk belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan perubahan-perubahan besar. Abad ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling penting bagi kebangkitan Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa. Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru yang mereka miliki, Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana dan tradisional.
Dalam pada itu, kemorosotan dunia Islam tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan dari Eropa dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani di bidang ini pada masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu negara Islam. Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882, Sudan pada 1889.
Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet. Tulisan ini mencoba memaparkan keadaan dunia Islam pada masa penjajahan Barat.

B.        Perumusan Masalah
          Untuk lebih mengarah pada apa yang akan penyusun uraikan dalam makalah ini, maka ada beberapa hal yang menjadi rumusan permasalahan, sebagai berikut:
1.  Apa yang dimaksud dengan nasionalisme?
2.  Bagaimana awal munculnya gerakan nasionalisme didunia Islam?
3.  Bagaimana perjuangan kemerdekaan Negara Islam diberbagai belahan dunia dari penjajahan barat?

C.       Tujuan Penulisan
          Berdasarkan dengan rumusan diatas yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.  Mengetahui pengertian nasionalisme.
2.  Mengetahui awal munculnya gerakan nasionalisme di dunia islam.
3.  Mengetahui nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan masyarakat muslim diberbagai belahan dunia.

D.       Metode Penulisan
          Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan dan menelaah sumber-sumber yang berhubungan dengan judul yang akan dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Nasionalisme
          Nasionalisme dimaknai sebagai emosi individu atau publik di atas satu landasan persaudaraan terotikal, historikal, bahasa dan cita-cita unggul di atas prinsip moral dan politik demi membela kepentingan negara-bangsanya. (yudiwah.wordpress.com)
          Gagasan nasionalisme merupakan ideologi yang bermuara di Eropa ketika era renaissance di mana salah satu objektifnya asalnya adalah untuk menanamkan kesadaran nasional di kalangan rakyatnya yang telah sekian lama ditindas dan dizalimi. Nasionalisme timbul menjadi kekuataan penggerak di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-18, selanjutnya paham itu tumbuh dan berkembang ke seluruh Eropa pada abad ke-19, hingga awal abad ke-20. Pada abad ke-20, nasionalisme menjalar dan berkembang ke wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Atas dasar itu abad ke-19 dapat disebut zaman pertumbuhan dan perjuangan nasionalisme modern Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya telah melahirkan banyak negara merdeka di dunia. (gurumuda.com)
          Rousseau, salah seorang pemikir revolusi Perancis contohnya, ketika berbicara mengenai kedaulatan rakyat, seringkali beliau menekankan pentingnya penyuburan ideologi nasionalisme karena baginya, inilah ideologi yang menjadi sumber kebangkitan masyarakat. dampak daripada seruan demi seruan oleh Rousseau dan juga Voltaire, ideologi nasionalisme akhirnya berhasil menjelmakan revolusi Perancis dan seterusnya membuka era pencerahan (englightment) di seluruh benua Eropa. justru itu, nasionalisme yang pada peringkat permulaan seruannya adalah di asaskan dari hasrat murni ke arah mencapai. Liberte (kebebasan), Equalite (persamaan) dan Fraternite (solidaritas).  (yudiwah.wordpress.com)


B.       Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam Di Anak Benua India dan Asia Tenggara  
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di Asia Tenggara dan hanya datang untuk berdagang. Kekuasaan politik negara-negara Eropa di negara-negara Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad ke-20.

C.      Munculnya Gerakan Nasionalisme di dunia Islam.
          Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa Nasionalisme merupakan ideologi yang bermuara di Barat. Namun pada kenyataanya, paham nasionalisme ini telah masuk dikalangan umat Islam melalui persentuhan dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Muslim yang belajar ke Eropa atau lembaga pendidikan yang ada di Barat. Pada awalnya gagasan Nasionalisme ini mendapat tantangan dari pemuka-pemuka Islam karena dipandang tidak sejalan dengan ukhuwah Islamiyyah.
          Ketika umat Islam jauh tertinggal dari Eropa, maka terdapat kesadaran dari kalangan umat Islam untuk memulihkan kekuatan Islam pada. Yang pertama merasakan hal itu, diantaranya, Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama  menghadapi kekuatan Eropa. Pada pertenganahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.
          Dengan demikian yang dimaksud dengan kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau yang sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan - gerakan, baik di bidang politik,ekonomi, sosial, dan budaya.
          Maka untuk memulihkan kekuatan Islam, maka terjadilah gerakan pembaharuan dikalangan umat Islam. Gerakan pembaharuan ini muncul karena terdapat dua faktor, yaitu:
1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran - ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. 
2. Pada periode ini Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban. (delsajoesafira.blogspot.com)
            Adapun gerakan pembaharuan-pembaharuan tersebut adalah:
1.        Gerakan Wahhabiyah (Permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam) yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahhab   ( 1703 - 1787 M) di Arabia.
2.        Gerakan Syah Waliyullah ( 1703 - 1762 M ) di India.
3.        Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair.
          Adanya persentuhan dengan Barat, menyadarkan tokoh-tokoh muslim atas ketertinggalan mereka terutama dalam ilmu pengetahuan. Hal itu tercermin dalam pengiriman para pelajar Muslim oleh penguasa Turki usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat kedalam bahasa Arab. Muslim asal india pun banyak menuntut ilmu ke Inggris.
          Pada akhirnya, gerakan pembaharuan memasuki dunia politik. Hal ini ditandai dengan munculnya gagasan Pan-Islamisasi (persatuan Islam sedunia) oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897), seorang pemikir Islam yang terkenal. (Badri Yatim, 2004: 184-186)
          Al-Afghani merupakan orang yang pertama menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikannya dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal itu dan melakukan usaha-usaha yang teliti untuk pertahanan. Menurutnya, umat Islam harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama. Disamping itu, ia juga membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri - negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai bapak Nasionalisme dalam Islam. (Badri Yatim, 2004: 186)
          Akhirnya gagasan Pan-Islamisme menjadi redup ketika al-Afghani tidak didizinkan berbuat banyak di Istambul oleh Sultan Kerajaan Usmani, Abdul al-Hamid II ( 1876 - 1909 M ) karena dianggapnya menjadi duri bagi kekuasaan sultan dan kalahnya Turki Usmani bersama sekutunya, Jerman dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung gagasan nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit diwujudkan. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah.

D.      Kemerdekaan Negara-negara Islam Dari Penjajahan Barat
            Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka. Dalam kenyataannya, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan antara lain:
  1. Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.
  2. Pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan. (Badri Yatim, 2004: 187-188)
         Dibawah ini merupakan negara-negara yang terbebas dari penjajahan dengan menumbuhkan sikap nasionalisme, diantaranya yaitu:
1.      Negara Mesir
Di Mesir, benih-benih gagasan nasionalisme tumbuh sejak masa Al-Tahtawi (1801-1873) dan Jamaluddin al-Afghani. Tokoh pergerakan yang terkenal dalam memperjuangkan gagasan ini di Mesir adalah Ahmad Urabi pasha. (Badri Yatim, 2004: 186)
Mesir secara resmi memperoleh kemerdekaan tahun 1992 dari Inggris, tapi dalam pemerintah Raja Faruk pengaruh Inggris sangat besar. Baru pada masa pemerintahan Jamal Abd Nasher yang menggulingkan Raja Faruk 23 Juli 1952, Mesir benar-beanar menganggap dirinya merdeka. (Badri Yatim, 2004:188)
Mesir memulai zaman modern ketika terjadi persinggungan antara Barat (perancis) dan Mesir dengan ekspedisi Napoleon Bonaparte tahun 1798. Ketika Perancis keluar dari Mesir, pemerintahan diganti oleh Muhammad Ali Pasya sebagai gubernur Turki Usmani yang mendapat otonomi atas wilayah tersebut. Ia memulai memodernisir Mesir, terutama dibidang militer. (Ali Mufrodi, 1997: 141)
         Di masa Muhammad Ali kekuasaan Mesir meluas sampai ke Sudan, Syiria bahkan para tentaranya turut berperang bersama Turki di Kepualuan Yunani, Asia Kecil hingga Eropa Timur. Untuk membantu Mamluk yang tersingkir dari Mesir maka Inggris membantu dengan melakukan agresi militer dan menaklukan Alexandria pada bulan Maret 1807. Berkat kelihaian Muhammad Ali dalam diplomasi, Inggris dipaksa keluar dari Alexnadria pada tahun yang sama tepatnya bulan Agustus 1807, namun sayangnya Muhammad Ali diasingkan oleh Sultan Utsmani atas tekanan Inggris pada tahun 1840. Dan pada tahun Setelah Muhammad Ali mengakhiri kekuasaanya pada tahun 1848, Mesir secara berturut-turut diperintah oleh Abbas I dan Said Pasha namun pemerintahan semakin merosot sampai pada akhirnya muncullah seorang pemimpin besar bernama Khedive Ismail yang memperbaiki kembali kehidupan sosial politik di Mesir. Akhirnya, Inggris baru melepaskan Mesir pada tahun 1914 karena Mesir membantu Turki melawan sekutu dalam Perang Dunia I. (nuniratqanamani.blogspot.com)
         Setelah Perang Dunia I, muncullah seorang pemimpin di Mesir yang bernama Saad Zaghlul, ia merupakan pendiri Partai Wafd dan memimpin gerakan untuk mengusir Inggris. Saad Zaghlul menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris, kemudian Inggris menangkapnya dan mengasingkan Saad Zaghlul ini ke Malta. Tindakan Inggris membangkitkan kemarahan rakyat Mesir, maka pada 9 Maret 1919 terjadilan revolusi besar-besaran menentang Inggris di Kairo dan mendesak kemerdekaan Mesir. Karena adanya revolusi tersebut maka Inggris merubah kebijakannya terhadap Mesir dan Saad Zaghlul pun dibebaskan. Kemudian pada tanggal 28 Februari 1922 sultan Ahmed Fuad Pasha menyatakan kemerdekaan Mesir dan mengklaim sebagai raja yang sah. (nuniratqanamani.blogspot.com)
         Namun dalam pemerintah Raja Faruk pengaruh Inggris sangat besar. Baru pada masa pemerintahan Jamal Abd Nasher yang menggulingkan Raja Faruk 23 Juli 1952, Mesir benar-beanar menganggap dirinya merdeka. (Badri Yatim, 2004:188)
2.      Negara Pakistan
         Sebelum terbentuknya negara ini, dahulunya Pakistan merupakan bagian dari negara India. Namun saat Inggris menjajah di India, terjadilah perpecahan antara umat Islam dan umat Hindu hingga akhirnya Pakistan memisahkan diri dari India.
         Penguasaan Inggris di India bermula dari pencaplokan Bengal pada 1757, yakni ketika kekuatan Siraj al-Daula dengan mudah bisa dikalahkan dalam peperangan Plassey. Meskipun mendapat perlawanan dari penguasa setempat, perlawanan tersebut dapat segera diselesaikan dengan kemenangan di pihak Inggris.
         Ketika kekuasaan Inggris mulai mengancam daerah-daerah yang ada di Anak Benua India, kekuasaan Dinasti Mughal sebagi satu-satunya symbol kekuasaan politik Islam di India justru sedang berada dalam kondisi mundur. Setelah satu setengah abad Dinasti Mughal berada dipuncak kejayaanya, para sultan setelah sultan Aurangzeb tidak bisa lagi mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. (Ajid Tohir dan Ading Kusdiana, 2006: 159)
         Pada Mei tahun 1857 M, terjadi perlawanan rakyat India atas kekuasaan Inggris. Namun perlawanan tersebut dapat dipatahkan dengan mudah karena Inggris mendapat bantuan dukungan dari beberapa penguasa local Hindu dan Muslim. Karena itu, berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di India.
         Ketika India berhasil dikuasai oleh Inggris, didalam rakyat India sendiri terjadi konflik hegemoni antara orang-orang nasionalis Hindu dan nasionalis Islam dengan rentan waktu yang lama (1857-1947). Pecahnya konflik tersebut, diawali oleh munculnya upaya-upaya konspirasi dan agitasi orang-orang nasionalis Hindu terhadap masyarakat Muslim yang terjadi pada tahun 1900-1942. Sinkron dengan perkembangan nasionalisme dikalangan masyarakat Hindu yang menghendaki India dibangun berdasarkan nasionalisme Hindu. Ajid Tohir dan Ading Kusdiana, 2006: 164-166)
         Upaya konspirasi dan agitasi yang dilakukan nasionalis Hindu terhadap masyarakat Muslim, dengan meminta tuntutan terhadap Kolonial Inggris. Tuntutan tersebut berupa:
1.      Kampanye penggunaan bahasa Hindi dan tulisan Devanagri menggantikan bahasa Urdu.
2.      Pembatalan pembentukan wilayah Bengali sebagai provinsi mayoritas muslim.
         Upaya tersebut tentu saja mendapat reaksi keras dari masyarakat muslim. Untuk menghadapi dan mengimbangi setiap berbagai kemungkinan-kemungkinan yang muncul dari oaring-orang nasionalis hindu tersebut, maka didirikanlah organisasi social politik dikalangan masyarakat muslim, diantaranya;
1.    Liga Muslim, yang didirikan oleh sekelompok intelektual muslim untuk menampung aspirasi nasionalisme Islam. Organisasi ini muncul sebagai reaksi terhadap nasionalisme hindu yang terdapat dalam Partai Kongres Nasional India. Liga Muslim mendapat dukungan kuat dengan masuknya Muhammad Ali Jinnah sebagai pengurus Liga Muslim. Dan dibawah kemimpinan Ali Jinnah ini, tercetuslah ide negara Pakistan.
2.   Gerakan Khilafah yang merupakan semangat Pan-Islamisasi didirikan pada 1919 oleh Maulana Muhammad Ali. Strategi utama gerakan khalifah adalah menggalang persekutuan dengan kongres untuk bekerjasama dalam menggulingkan pemerintasan Inggris dan meraih kemerdekaan politik bagi India.
3.   Jam’iyatul Ulama Hindi adalah orgnisasi social politik yang didirikan pada November 1919 oleh ulama Farangi Mahal dan Doeband. Organisasi social politik ini didirikan untuk membantu sepak terjang gerakan khilafah. Organisasi ini merupakan organisasi yang menolak sikap mendukung atas Liga Muslim untuk mendirikan negara muslim tersendiri. Sebaliknya mereka bekerja sama dengan Partai Kongres Nasional.
     Jam’iyatul Ulama Hindi menyatakan bahwa nasionalisme dan Islam itu sangat berlawanan. Karena nasionalisme merupakan konsep dari Barat yang partikularisme sempitnya bertentangan dengan universalisme Islam.
         Pada tahun 1937, pemilihan umum yang menandai munculnya orientasi tuntunan masyarakat muslim terhadap wilayah pemilihan yang terpisah dan jaminan konstitusi kepada tuntutan kebangsaan teritorial yang terpisah pun di adakan. Namun dalam pemilihan umum itu, Liga Muslim mendapati kekalahan.
         Rentan waktu 1938-1945, upaya propaganda yang penuh gairah pun dilancarkan untuk mengalang kekuatan Muslim menuju perjuangan yang telah jelas. Ali Jinnah dan Liga Muslim menggunakan symbol dan slogan Islam untuk membangun gerakan massa. Tujuan utamanya adalah mendirikan bangsa tersendiri, tanah air Islam yang didalamnya masyarakat muslim dapat bebas melaksanakan cara hidup mereka. (Ajid Tohir dan Ading Kusdiana, 2006: 207)
Perjuangan Ali Jinnah dan Liga Muslim itu pun akhirnya mendapatkan hasil. Pada tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satu untuk Pakistan. Dan sebagai presiden pertamanya adalah Ali Jinnah. (Badri Yatim, 2004:188)
3.      Negara Indonesia
         Negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar didunia ini, merupakan negara yang pertama kali memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945.
   Partai politik yang besar menentang penjajahan di Indonesia adalah Sarekat Islam (SI), yang didirikan tahun 1912 dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto, partai ini merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911. Tak lama kemudian partai-partai politik lainnya berdiri seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), didirikan oleh Soekarno (1972), Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), didirikan oleh M. Hatta (1931), Persatuan Muslim Indonesia (Permi) yang menjadi partai politik tahun 1932, dipelopori oleh Mukhtar Luthfi. (Badri Yatim, 2004:187)
Seperti yang kita telah ketahui, bahwa Indonesia mengalami penjajahan oleh Jepang selama 3,5 tahun dan Belanda selama 3,5 abad lamanya. Indonesia merdeka dari Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh Tentara Sekutu yaitu Amerika. Akan tetapi, rakyat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya itu dengan perjuangan bersenjata selama lima tahun berturut-turut karena Belanda berusaha mengusai kembali kepulauan ini dengan dukungan dari Tentara Sekutu.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992 (Yatim, 2003:187-189).













BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Nasionalisme dimaknai sebagai emosi individu atau publik di atas satu landasan persaudaraan terotikal, historikal, bahasa dan cita-cita unggul di atas prinsip moral dan politik demi membela kepentingan negara-bangsanya. Gagasan nasionalisme merupakan ideologi yang bermuara di Eropa ketika era renaissance di mana salah satu objektifnya adalah untuk menanamkan kesadaran nasional di kalangan rakyatnya yang telah sekian lama ditindas dan dizalimi. Nasionalisme timbul menjadi kekuataan penggerak di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-18.
Nasinalisme muncul karena terdapat dua faktor, yaitu:
1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran - ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. 
2. Pada periode ini Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban.
            Adapun gerakan pembaharuan-pembaharuan tersebut adalah:
1.    Gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahhab ( 1703 - 1787 M) di Arabia.
2.    Gerakan Syah Waliyullah ( 1703 - 1762 M ) di India.
3.    Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair.
             Gerakan pembaharuan yang ditandai dengan munculnya gagasan Pan-Islamisasi (persatuan Islam sedunia) oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897), seorang pemikir Islam yang terkenal.
             Al-Afghani merupakan orang yang pertama menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Al-Afghani dikenal sebagai bapak Nasionalisme dalam Islam.
            Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka. Yang diantaranya Liga Muslim, Gerakan khilafah, Jam’iyatul Ulama Hindi. Dalam kenyataannya, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan antara lain:
1.      Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.
2.      Pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992.

B.       Saran
Demikianlah uraian singkat makalah tentang “Kemunculan Nasionalisme dan Perjuangan Kemerdekaan Negara Islam Di Berbagai Belahan Dunia Pada Abad XX”. Tulisan ini masih sangat terbatas dan memerlukan tambahan guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya mengenalkan warisan kebudayaan Islam, sehingga generasi penerus kita mampu mengambil 'ibrah dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, agar nantinya mereka dapat mencontoh dan mengambil apa yang seharusnya mereka pegangi dan tidak megulangi lagi kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh Islam terdahulu.
Oleh karena itu JASS MERAH (Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah) karena sejarah adalah sumber hukum dan pijakan dalam memperjuangkan Agama Islam di Belahan dunia.





DAFTAR PUSTAKA

Mufrodi, Ali, DR. 1997. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.
Thohir, Ajid dan Kusdiana, Ading. 2006. Islam Di Asia Selatan. Bandung: Humaniora.
Yatim, Badri, M.A, Prof, Dr. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Amin, ahmad. 1991. Islam dari Masa ke Masa, Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/penjajahan-barat-terhadap-dunia-islam/
hhtp://delsajoesafira.blogspot.com
hhtp://gurumuda.com)
hhtp://nuniratqanamani.blogspot.com)
hhtp://yudiwah.wordpress.com)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar