Minggu, 16 Maret 2014

Sastra Bandingan (Adab Muqaran)


A.    Pengertian
            Satra bandingan/perbandingan sastra dalam bahasa arab dikenal dengan al-Adab al-Muqaran. Al-Adab; sastra, al-Muqaran; bandingan. Satra adalah konsep dasar seni yang memiliki dua unsure pokok konpensi isi dan bentuk, dan kedua ini merupakan satu kesatuan yang utuh dalam sastra. Bandingan adalah secara bahasa membandingkan sesuatu sastra dengan sastra lain secara sempit, tapi lebih bersifat histories. Dengan adanya sastra bandingan, manusia dapat saling timbal balik mempengaruhi, memberi informasi dan bertukar pikiran lewat media bahasa-bahasa dunia.
Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingankan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat satra bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas, bahkan pada perkembangan selanjutnya konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan.[1]

B.     Sejarah Sastra Bandingan
Kata sastra bandingan pertama kali dipakai di Prancis pada pertiga abad, ketika Villeman menyampaikan kuliahnya di Sorbon tahun 1828, maka saat itulah sastra bandingan mulai dikenal. Adapun orang yang intens meneliti dan studi pada sastra bandingan dikenal dengan sebutan para pembanding, sehingga istilah ini popular sejak 50 tahun yang lalu dari abad itu.
Pada dua pertiga abad ke-19 studi sastra bandingan berkembang pesat mulai dari variasi tema, dan wujudnya berupa berbagai makalah dan karangan yang memuat berbagai masalah pengaruh timbal balik antara sastra bandingan di berbagai suku bangsa di Eropa. Barontier (1849-1906) seorang kritikus sastra Prancis modern menetapkan bahwa sastra bandingan merupakan jalan yang tepat untuk mendekatkan antara karya sastra monumental dan pengaruhnya yang besar pada sastra lain.

C.    Objek Kajian
Objek kajian sastra bandingan ini adalah bahasa, baik itu bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Tentunya bahasa dalam berbagai hasil karya sastra. Dari berbagai kajian sastra muncul beraneka macam produk karya sastra lisan maupun tulisan, yang memiliki fungsi komunikatif antara penulis, pembaca dan pendengar. Menurut A.Teeuw, sedikitnya ada tujuh keistimewaan bahasa tulis, sebagai berikut:
1.      Dalam pemakaian bahasa tertulis, pembicara, penulis, pembaca dan pendengar akan kehilangan sarana komunikasi yang dalam pemakaian bahasa lisan memberikan sumbangan paling hakiki dalam keberhasilan komunikasi, yang kemudian sarana ini disebut suprasegmental atau musis dan paralingual atau ekstralingual. Suprasegmental; gejala intonasi (aksen tekanan kata, tinggi rendahnya nada, keras lemahnya suara).
2.  Dalam bahasa tulis tidak ada hubungan fisik antara penulis dan pembaca, sehingga penulis mengucapkan sesuatu secara eksplisit, harus sejelas mungkin dan penuh kehati-hatian.
3.    Pembaca hanya memusatkan seluruh perhatiannya pada isi tulisan, karena dalam teks tulis sering kali penulis tidak hadir baik sebagian maupun seluruhnya.
4.  Teks tertulis kadang terlepas dari kerangka referensi aslinya. Penulis mengarang sesuai dengan keadaan tertentu, tapi pembaca membina dan membangun keadaan dan kerangka acuan tersendiri yang memungkinkan adanya salah paham dalam memaknai teks tulis.
5.    Pembaca mempunyai keuntungan dibanding pendengar, tulisannya dapat dibaca ulang, dipikirkan dengan matang dan memberikan tanggapan penilaian.
6.  Teks tulis dapat direproduksi dalam berbagai bentuk; fotokopi, stensilan, buku, artikel, bahan penelitian dan lain-lain.
7.    Komunikasi antara penulis dan pembaca lewat tulisan membuka kemungkinan adanya jarak jauh antara kedua belah pihak, dalam ruang, waktu dan segi kebudayaan. Dapat membaca tulisan dari masa lampau dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Menurut Clements terdapat lima pendekatan yang dapat dipergunakan dalam studi sastra bandingan, yaitu: tema/mitos, genre/bentuk, gerakan/zaman, berbagai hubungan antara sastra dengan bidang seni dan disiplin ilmu lain serta perlibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang berkelanjutan.
       Adapun menurut Jost, yaitu: pengaruh dan analogi, gerakan dan kecenderungan, genre dan bentuk serta motif, tipe dan tema. Dalam pandangan Jost, sastra bandingan juga dapat meliputi aspek: pengaruh, sumber ilham (acuan), proses pengambilan ilham atau pengaruh dan tema dasar. Dalam kaitan ini ada empat kelompok kajian sastra bandingan jika dilihat dari aspek objek garapan yaitu; Pertama, kategori yang melihat hubungan karya sastu dengan lainnya dengan menelusuri juga kemungkinan adanya pengaruh satu karya terhadap karya yang lain. Termasuk dalam interdispliner dalam sastra bandingan adalah filsafat, sosiologi agama dn sebagainya. Kedua, kategori yang mengkaji tema karya sastra. Ketiga, kajian terhadap gerakan atau kecenderungan yang menandai suatu peradaban. Keempat, analisis bentuk karya sastra (genre).[2]


[1] http://sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/01/sekilas-tentang-sastra-bandingan.html
[2] http://sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/01/sekilas-tentang-sastra-bandingan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar