A.
Pengertian
Satra bandingan/perbandingan sastra
dalam bahasa arab dikenal dengan al-Adab al-Muqaran. Al-Adab;
sastra, al-Muqaran; bandingan. Satra adalah konsep dasar seni yang
memiliki dua unsure pokok konpensi isi dan bentuk, dan kedua ini merupakan satu
kesatuan yang utuh dalam sastra. Bandingan adalah secara bahasa membandingkan
sesuatu sastra dengan sastra lain secara sempit, tapi lebih bersifat histories.
Dengan adanya sastra bandingan, manusia dapat saling timbal balik mempengaruhi,
memberi informasi dan bertukar pikiran lewat media bahasa-bahasa dunia.
Sastra
bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya
interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek
waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingankan dua
atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat satra
bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini merepresentasikan bahwa
sastra bandingan memang cukup luas, bahkan pada perkembangan selanjutnya
konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain.
Bandingan ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan.[1]
B.
Sejarah Sastra Bandingan
Kata sastra bandingan pertama kali dipakai di Prancis pada pertiga
abad, ketika Villeman menyampaikan kuliahnya di Sorbon tahun 1828, maka saat
itulah sastra bandingan mulai dikenal. Adapun orang yang intens meneliti dan
studi pada sastra bandingan dikenal dengan sebutan para pembanding, sehingga
istilah ini popular sejak 50 tahun yang lalu dari abad itu.
Pada dua pertiga abad ke-19 studi sastra bandingan berkembang pesat
mulai dari variasi tema, dan wujudnya berupa berbagai makalah dan karangan yang
memuat berbagai masalah pengaruh timbal balik antara sastra bandingan di
berbagai suku bangsa di Eropa. Barontier (1849-1906) seorang kritikus sastra
Prancis modern menetapkan bahwa sastra bandingan merupakan jalan yang tepat
untuk mendekatkan antara karya sastra monumental dan pengaruhnya yang besar
pada sastra lain.
C.
Objek Kajian
Objek kajian sastra bandingan ini adalah bahasa, baik itu bahasa
lisan maupun bahasa tulisan. Tentunya bahasa dalam berbagai hasil karya sastra.
Dari berbagai kajian sastra muncul beraneka macam produk karya sastra lisan
maupun tulisan, yang memiliki fungsi komunikatif antara penulis, pembaca dan
pendengar. Menurut A.Teeuw, sedikitnya ada tujuh keistimewaan bahasa tulis,
sebagai berikut:
1.
Dalam
pemakaian bahasa tertulis, pembicara, penulis, pembaca dan pendengar akan
kehilangan sarana komunikasi yang dalam pemakaian bahasa lisan memberikan
sumbangan paling hakiki dalam keberhasilan komunikasi, yang kemudian sarana ini
disebut suprasegmental atau musis dan paralingual atau ekstralingual.
Suprasegmental; gejala intonasi (aksen tekanan kata, tinggi rendahnya nada,
keras lemahnya suara).
2. Dalam
bahasa tulis tidak ada hubungan fisik antara penulis dan pembaca, sehingga
penulis mengucapkan sesuatu secara eksplisit, harus sejelas mungkin dan penuh
kehati-hatian.
3. Pembaca
hanya memusatkan seluruh perhatiannya pada isi tulisan, karena dalam teks tulis
sering kali penulis tidak hadir baik sebagian maupun seluruhnya.
4. Teks
tertulis kadang terlepas dari kerangka referensi aslinya. Penulis mengarang sesuai
dengan keadaan tertentu, tapi pembaca membina dan membangun keadaan dan
kerangka acuan tersendiri yang memungkinkan adanya salah paham dalam memaknai
teks tulis.
5. Pembaca
mempunyai keuntungan dibanding pendengar, tulisannya dapat dibaca ulang,
dipikirkan dengan matang dan memberikan tanggapan penilaian.
6. Teks
tulis dapat direproduksi dalam berbagai bentuk; fotokopi, stensilan, buku,
artikel, bahan penelitian dan lain-lain.
7. Komunikasi
antara penulis dan pembaca lewat tulisan membuka kemungkinan adanya jarak jauh
antara kedua belah pihak, dalam ruang, waktu dan segi kebudayaan. Dapat membaca
tulisan dari masa lampau dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Menurut Clements terdapat lima pendekatan yang dapat dipergunakan
dalam studi sastra bandingan, yaitu: tema/mitos, genre/bentuk, gerakan/zaman,
berbagai hubungan antara sastra dengan bidang seni dan disiplin ilmu lain serta
perlibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang berkelanjutan.
Adapun
menurut Jost, yaitu: pengaruh dan analogi, gerakan dan kecenderungan, genre dan
bentuk serta motif, tipe dan tema. Dalam pandangan Jost, sastra bandingan juga
dapat meliputi aspek: pengaruh, sumber ilham (acuan), proses pengambilan ilham
atau pengaruh dan tema dasar. Dalam kaitan ini ada empat kelompok kajian sastra
bandingan jika dilihat dari aspek objek garapan yaitu; Pertama, kategori yang
melihat hubungan karya sastu dengan lainnya dengan menelusuri juga kemungkinan
adanya pengaruh satu karya terhadap karya yang lain. Termasuk dalam interdispliner
dalam sastra bandingan adalah filsafat, sosiologi agama dn sebagainya. Kedua,
kategori yang mengkaji tema karya sastra. Ketiga, kajian terhadap gerakan atau
kecenderungan yang menandai suatu peradaban. Keempat, analisis bentuk karya
sastra (genre).[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar