Jumat, 08 Mei 2015

Hasil Analisis Cerpen

Hasil Analisis Cerpen
Pergaulanku
Karya Edi Rohadi

Oleh:
Nama : Moh. Anwar Syi’aruddin
NIM : 208 500 344
29 Desember 2010, Pukul 21.00 WIB

LANDASAN TEORI
Menurut Abrams ( Semi, 1985 : 13 ) teori struktural adalah bentuk pendekatan yang objektif karena pandangan atau pendekatan ini memandang karya sastra sebagai suatu yang mandiri. Ia harus dilihat sebagai objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri, oleh sebab itu kritik yang dilakukan atas suatu karya sastra merupakan kajian intrinsik semata. Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antar unsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna. Di suatu pihak struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagiannya yang menjadi komponennya secara bersama-sama membentuk kebulatan yang indah.
Cara kerja dari teori struktural adalah membongkar secara struktural unsure-unsur intrinsik, yaitu dengan mengungkapkan dan menguraikan unsur-unsur intrinsik di dalam cerita pendek Pergaulanku karya Edi Rohadi. Unusr-unsur itu dalam karya sastra terjalin secara erat satu dengan yang lainnya. Unsur yang dimaksud dalam hal ini adalah unsur instrinsik yaitu : tema, tokoh, alur, dan latar. Oleh sebab itu, karya sastra disebut sebagai sebuah bangunan yang berstuktur atau bersistem. Jika terjadi sebuah perubahan pada sebuah unsur, maka akan mengakibatkan hubungan antarunsur menjadi berubah pula.

PENGANTAR
Sebuah cerpen yang mempunyai nilai begitu besar dalam kemanusiaan. Kita dituntut untuk dapat menjadi orang yang tidak menyia-nyiakan akan seorang sahabat dan menganggap sepele terhadap perasaan . Satu esensi yang saya temukan ketika pertama kali menelaah cerpen ini adalah kemiripan berbagai tema, alur, setting dengan multikultural suatu cerita yang bersifat fiktif yang ada pada sebuah sekolahan. Sebuah perjalanan yang diawali oleh sebuah perkenalan yang kemudian melahirkan sebuah perasaan cinta yang kemudian menimbulkan salah faham yang berakhir dengan rasa sakit dan penuh penyesalan. Dari segi cerita sangat menarik walau akhir cerita sudah bisa ditebak pada alinea-alinea awal tapi hal itu dapat ditutupi dengan klimaks yang sangat berapi-api, cepat, lugas dan mudah dipahami. Fenomena cerpen ini kadang membuat saya berkhayal tentang multikultural indonesia yang selalu nampak pada sinetron-sinetron dalam televisi, yang mana hala itu hampir ada kemiripan dengan cerita ini. Bagi saya, seorang perempuan yang sangat peka terhadap hal-hal yang kecil dikonotasikan dengan pihak yang sangat susah dicari pada masa sekarang. Pihak yang menilai seseorang dari kepribadiannya, sisi perhatiannya bukan melihat keturunannya. Semoga cerpen ini membawa kesadaran akan pentingnya arti sebuah sahabat dan cinta, sehingga tidak ada yang disepelekan keduanya.

KILAS CERITA
Cerita pendek ini mengisahkan tentang kisah cinta seorang laki-laki (Radian) yang selalu tak mencapai hasil sehingga selalu berakhir dengan kekecewaan dan meninggalkan rasa sakit dari sebuah penyesalan yang disebabkan oleh dirinya sendiri yang selalu memendam apa yang menjadi harapannya sehingga selalu mengkibatkan salah faham diantara sahabat dan penyesalan diakhirnya. Dalam alur cerita, seorang Ian yang polos, pendiam menyukai seseorang perempuan yang kemudian mempunyai hasrat ingin bisa bersamanya menjalin hubungan asmara, tapi dia selalu tidak melupakan akan sahabatnya.
Klimaks cerita berawal ketika Ian bersekolah di pesantren, dia menjadi pemenang dalam sebuah perlombaan. Ketika itu dia bertemu dengan seorang perempuan yang bernama Risma, yang dengan sepontan ia pun langsung jatuh hati padanya. Kemudian dia meminta tolong kepada sahabatnya yang hasilnyapun tercapai. Namun setelah hampir akan lulus dari sekolah, tentunya mereka akan berpisah, sehingga ketika mereka hubungannya sedang berjalan kekecewaan mulai nampak ketika perempuan itu dijodohkan. Setelah lulus Ian berpindah sekolah tepatnya ke salah satu SMA di Kuningan. Dia mempunyai sahabat yang sangat setia bersamanya dalam suka dan duka. Di sekolahnya dia termasuk orang yang berprestasi, sehingga dia selalu berbagi dalam menyelesaikan PRnya dengan sahabatnya. Suatu ketika, ada seorang siswi baru di kelasnya yang sangat cantik dan merupakan orang berada. Ian pun sangat mengagumi akan kecantikannya begitupun sahabatnya. Berselang waktu, Ian mencoba untuk menyimpan perasaannya itu tapi ketika suatu waktu dia mulai bisa dekat dengan siswi baru itu yang bernama Adinda yang berawal di dalam sebuah bis. Setelah cukup lama mereka sangat dekat, ada pihak-pihak yang tidak senang akan kedekatannya itu, termasuk sahabat dekanya sendiri (Rendy). Sahabatnya itu tidak terima karena Ian sangat dekat sekali dekat siswi baru itu yang rendy pun suka. Akhirnya mereka sempat renggang persahabatannya dan sering tak bersama lagi. Pihak yang lain muncul dari temen kelasnya yang tidak menyukai akan kehadiran siswi baru itu karena dia merasa tersaingi kecantikannya. Oleh karena itu dia mencoba menghasut temen-temannya dengan menyebarkan gambar-gambar tentang siswi itu yang merupakan hasil manipulasi/rekayasa yang mengakibatkan siswi baru itu shock berat sehingga masuk rumah sakit. Ian yang sedang bingung dengan dirinya, sahabatnya menemuinya dan akhirnya mereka kembali bersama karena diantara mereka hanya terjadi kesalah fahaman. Saat itu juga Ian mengetahui bahwa Adinda masuk RS (masuk ICU) mereka berdua langsung berangkat menemuinya, namun hasilnya ketika sampai mereka hanya mendapati kabar bahwa Adinda siswi baru itu telah tiada untuk selamanya. Penyesalan muncul dalam dirinya.   
Hari duka itu ditutup dengan mimpi-mimpi Ian bersamanya, begitupun kedekatannya kembali dengan sahabatnya. Setelah kejadian itu dia mengambil pelajaran bahwa dia tidak ingin kejadian yang serupa terjadi lagi yang akhirnya akan menyesal. Dia bersyukur mempunyai sahabatnya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka, dan ia pun tidak ingin menyia-nyiakannya dengan niat akan manjaganya.
      1.      Tema
Tanpa tema, sebuah cerita rekaan tidak ada artinya sama sekali, karena tema merupakan dasar cerita yang paling penting dari seluruh cerita. Tema juga merupakan tujuan cerita, atau ide pokok di dalam suatu cerita yang merupakan patokan untuk membangun suatu cerita. Robert Stanton menempatkan tema sebagai sebuah arti pusat dalam cerita, yang disebut juga sebagai ide pusat dan Stanton juga menyatakan bahwa tema cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, tema menjadi salah satu unsur dan aspek cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan sekaligus sebagai unsur pemersatu kepada sebuah fakta dan alat-alat penceritaan, yang mengungkapkan tentang kehidupan.
Tema tidak dapat dipisahkan dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan pengarang dalam karyanya sebab tema selalu berkaitan dengan masalah (kehidupan) yang dikemukakan dalam cerita rekaan tersebut. Adapun cerpen  Pergaulanku  karya Edi Rohadi ini mengandung tema tentang kisah cinta seorang laki-laki yang selalu lahir dari pandangan pertama, namun selalu kandas harapannya dan berakhir dengan menorehkan rasa sakit. Sedangkan beberapa masalah (tema minor) diantaranya sebagai berikut:
   o   Cinta
Pandangan pertama yang membuatnya jatuh cinta, seperti yang diungkapkan pengarang:
Setelah selesai perlombaan, kira-kira beberapa menit sebelum pulang. Ketika itu aku berpapasan dengan santriwati yang memang sedang ikut lomba juga. Akupun berkenalan dengannya. Dan sebut saja namanya Risma. Aku merasa bahagia banget. Karena memang selama ini aku ga pernah puny atman cewe. Risma, ya nama itu yang selalu teRengat dalam benakku. Setelah perkenalan itu aku g pernah lihat dia lagi. Entah mengapa rasa ingin tentang dia semakin menjadi.
   o   Sahabat (Kepedulian)
Ungkapan Ian kepada sahabatnya:
“oh, bilang dong dari tadi, kirain ada apa, nih”. balasku, sambil menyodorkan buku matematikaku kepadanya.

Keperdulian sahabatnya kepada Ian;
“cesss...” tiba-tiba ada sebuah kaleng dingin yang menempel di pipi kiriku. Begitu kutengok ke kiri, ternyata Frendy...., sahabat karibku itu telah ada di samping kiriku. Sambil menyodorkan minuman kaleng dingin kesukaanku, dia tersenyum bahagia penuh arti.

       2.      Penokohan
Pembicaraan mengenai alur pada dasarnya adalah pembicaraan mengenai rangkaian peristiwa dan kejadian dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen atau novel, sedangkan peristiwa itu terjadi karena tindakan dan perbuatan manusia yang menjadi tokoh cerita dalam konfliknya sesama tokoh atau dengan lingkungannya. Henry James secara retorik menyatakan karakter (watak) sesungguhnya merupakan penentu bagi peristiwa dan kejadian. Sebaliknya, peristiwa merupakan ilustrasi atau pencerminan karakter tokoh. Saleh Saad menyatakan bahwa tokoh dan penokohan merupakan faktor penting yang harus ada dalam cerita sebab segenap peristiwa terjadi karena aksi/tindakan para tokoh cerita itu. Dengan kata lain, peristiwa dan kejadian di dalam cerpen Pergaulankukarya Edi Rohadi tidak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari tokoh yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut.
Pada cerpen ini terdapat satu tokoh sentral, yaitu Radian (Ian), yang mempunyai watak sebagai berikut:
  • Mudah tertarik (perempuan)
Ungkapan permintaan tolong kepada Akbar temannya untuk bisa lebih dekat dengan perempuan yang ia sukai:
“Akbar, nte punya sodara yua di aspi??”. Tanyaku sambil meletakan tas di atas meja.
“ wah ane curiga nih. Biasanya lo dah nanyaen hal itu pasti da maunya.” Ledek Akbar.
“bukannya gitu cuy, ane lagi pengen deket ma seseorang. Dan ane tahu ente orang yang tepat yang bias bantu ane. Heheheh”. Baasku dengan sedikit memujinya.
“ah ente… pengen deket ma siapa ci?? Ntar ane blangin ma sepupu ane???. Tanya Akbar.
“ namanya Risma. Ente bilang za ma sepupu nte salamin ma yang namanya Risma dari ane. Okeh?? Sebelumnya sorry nih ngerepotin. Heheheheh”. Jawab ku dengan berbisik karena memang waktu itu sudah banyak anak-anak di kelas.

  • Sabar dan pantang menyerah
........Hari demi hari Aku lalui dengan senyum dan bahagia, tetapi Aku tetap fokus dan mementingkan pelajaran. Terkadang problema datang dan pergi tanpa permisi , tetapi Aku pantang menyerah dalam menjalani masalah. UAN telah tiba , Aku berharap dapat menyelesaikan dan berhasil menjalani berbagai Rentangan di MTS.

  • Setiakawan
....“ Ian, bantuin Risma dunk. Soal nmr 25-30 susah banget. Sahut Risma sabil laarak lirik takut ada pengawas.
“ Yua gampang. Bentar dlu yua”. Jawabku sambil tersenyum. Dalam hati ku bergumam. Siapa tahu Risma mao jadi cewe aku kalo saja aku bisa bantu dia ngerjain tugas. Dengan penuh yakin aku berikan jawabanku pada Risma. Dan tentu Risma pun menerimanya dengan penuh senyuman.
...... “Anu,anu, aku pinjem PR matematikamu” katanya dengan terengah-engah.
“oh, bilang dong dari tadi, kirain ada apa, nih”. balasku, sambil menyodorkan buku matematikaku kepadanya....

  • Perasa / pengkhayal
...... Pikiranku kini melayang jauh, jauuuuh sekali , mungkinkah orang sepertiku pantas disampingnya??? Apakah ini memang benar cinta? Ataukah hanya kagum sementara? Ah, aku masih sangat bingung memikirkan itu semua.
Hari-hari selanjutnya menjadi hari-hari yang tidak biasa dalam hidupku, kini aku lebih seReng menghabiskan waktuku dengan melamun.....

      3.       Alur
Alur sebenarnya merupakan salah satu aspek intelektual dan logika dalam cerita rekaan, yang juga memerlukan misteri, yang membuat pembacanya mungkin meraba-raba dalam dunia yang tidak nyata. Alur adalah jalan cerita dalam sebuah cerpen dengan pengertian bagaimana cara pengarang menyuguhkan cerpennya kepada pembaca, bagaimana suatu cerita dirangkaikan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain dalam hubungan kausalitas. Saleh Saad mencoba merumuskan pengertian alur sebagai sambung-sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Hubungan sebab-akibat dalam alur selalu menuntut kemampuan daya ingat dan kecerdasan berpikir pembaca agar dapat memahami sebuah cerita rekaan.
S. Tarif menyebut alur sebagai konflik yang merupakan tulang punggung sebuah novel. Konflik memang dapat dihadirkan dalam berbagai bentuk di sepanjang alur, seperti antartokoh cerita, antara tokoh dengan alam sekitarnya, dan intertokoh cerita yang biasanya dikenal dengan konflik batin. Tanpa konflik, alur cerita tidak akan bergerak.
Dalam Cerpen Pergaulankukarya Edi Rohadi, dalam mengisahkan ceritanya, pengarang menggunkan alur mundur. Diawali dengan tahap kesendiriannya yang mulai teringat mengenang masa sekolahnya, SMP dan SMAnya dulu yang sekarang akan menginjak perguruan tinggi, yaitu pada paragraf 1. Disusul dengan suatu keadaan yang mulai bergerak, yaitu pada paragraf 4 hingga selesai, yaitu mulai peristiwa kisah cintanya sejak masuk sekolah SMP yang kemudian memasuki masa SMAnya, dan tokoh utama mengalami gejolak batin dengan pasangannya karena selalu berakhir dengan kekecewaan maupun sahabatnya karena sebuah kesalah fahaman. Penyelesaian cerpen ini menurut saya mudah ditebak (happy ending) dengan dengan memperhatikan gerakan alurnya.

      4.      Setting
Dalam analisis cerita rekaan, latar atau setting juga merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi penentuan nilai estetik karya kesusastraan. Latar atau setting juga merupakan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis dan dinilai. Latar biasa juga disebut sebagai atmosphere atau setidak-tidaknya bagian atmosphere atau tone secara keseluruhan.
Pada cerita rekaan, boleh dikatakan hampir selamanya diperlukan dan dipentingkan latar cerita yang secara singkat dapat dikatakan berfungsi untuk membuat cerita rekaan tersebut supaya terasa lebih hidup, lebih segar, atau memberikan lukisan yang lebih jelas mengenai peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, dan sebgainya sehingga seolah-olah sungguh-sungguh terjadi seperti dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Pada dasarnya, latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita pada suatu waktu tertentu. Dengan cara yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa latar adalah lingkungan di sekeliling pelaku cerita, mungkin berupa sebuah kamar, lingkungan kehidupan sebuah rumah tangga, bahkan di dalamnya termasuk pula pekerjaan dan lingkungan pekerjaan para pelaku, alat-alat yang digunakan dan berhubungan dengan pekerjaan tokoh, dan sebagainya.
Dalam cerpen ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan setting, yaitu:
·         Setting Tempat
1.      Mobil (bis)
2.      Jalan (trotoar jalan)
3.      Sekolah (kelas)
4.      Pedesaan (Desa Bungur)
5.      Pesantren
6.      Kamar
7.      Rumah
8.      Kantin
9.      GSM (Grand Surya Mall)
10.  Rumah Sakit
·         Lingkungan Kehidupan
1.      Lingkungan pesantren
2.      Lingkungan sekolah
3.      Lingkungan GSM
4.      Lingkungan rumah sakit
·         Sistem Kehidupan
- Sistem kehidupan pendidikan             : ada murid dan guru.
- Sistem kehidupan rumah sakit             : terdapat suster, orang-orang yang menjenguk, dsb.
·         Alat-alat yang digunakan atau benda-benda yang berhubungan dengan suatu lingkungan kehidupan
Surat, alat-alat transportasi (mobil, motor), bangku-bangku sekolah dan alat tulisnya.
·         Waktu terjadinya peristiwa
Pagi dan siang hari, sewaktu sekolah dan waktu istirahat atau pulang sekolah.

      5.      Sudut pandang penceritaan
Dalam menyuguhkan ceritanya, pengarang dapat menggunakan beberapa sudut pandang dalam arti seorang pengarang bisa mengambil atau memilih suatu posisi serta kedudukan tertentu terhadap kisah yang akan ditulisnya. Ada kalanya seorang pengarang hanya mengambil posisi sebagai orang luar saja, berada di luar cerita yang dikisahkannya. Akan tetapi, kemungkinan juga pengarang akan mengambil posisi sebagai salah seorang tokoh yang melibatkan diri serta ikut bermain dan mengambil peranan dalam cerita tersebut tanpa mengurangi sifat rekaan cerita itu. Baik mengambil posisi sebagai orang luar maupun melibatkan diri sebagai pemeran atau tokoh, namun tokoh cerita itu sendiri tetap merupakan tokoh rekaan pengarang.
Dalam Cerpen Pergaulankuini pengarang menggunakan sudut pandang pertama dalam pengisahkan ceritanya, yaitu dengan aku sebagai tokoh utama (first-person-central), yaitu tokoh utama mengisahkan cerita dalam kata-katanya sendiri.

      6.      Gaya bahasa/ simbol
Penggunaan gaya bahasa sastra mungkin kadang membuat pembaca lebih bingung daripada ketika melihat sarana cerita lainnya. Namun, gaya bahasa tidaklah aneh dan sulit dengan sendirinya. Alasan itu didasarkan bahwa hampir semua gaya bahasa dalam sastra tidak lebih merupakan fakta yang tampaknya masuk akal. Sebagian besar gaya bahasa sastra mengungkapkan arti dengan sebenarnya, namun ada juga yang kadang menggunakan simbol. Kita sebagai pembaca ada hanya untuk mengetahui pernyataan-pernyataan itu sebagai simbol atau bukan, dan mencari makna yang maksud jika itu simbol.
Di dalam cerpen  ini gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang cukup mudah untuk dipahami, karena pengarang tidak menggunakan istilah-istilah sulit yang tidak dimengerti. Gaya bahasanya akan mampu dicapai oleh para remaja juga. Gaya bahasanya cukup baik, mampu membawa pembaca ke arah suasana yang pengarang dimaksud.
      7.      Amanat / Pesan
Amanat dalam sebuah cerpen/novel sangat pentinga, karena jika amanat itu tidak ada, maka karya tersebut akan terasa tidak menarik sehingga tidak mempunyai nilainya. Suatu amanat disisipkan biasanya disertakan ketika di akhir cerita. Pembaca dapat mendapatkannya setelah karya tersebut dibaca sampai selesai. Amanat atau pesan yang saya tangkap dari cerpen ini yaitu ungkapkan perasaan kita jika itu memungkinkan untuk diungkapkan dan harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada yang namanya penyesalan atau rasa kecewa.

KESIMPULAN
Menurut saya, cerpen yang berjudul Pergaulanku ini cukup bagus karena penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dalam menuturkan ceritanya sehingga yang dialami tokoh utama benar-benar dapat dirasakan oleh pembaca. Atau dengan kata lain, pembaca dapat dengan mudah masuk, meresapi, dan merasakan apa yang dialami oleh tokoh utama. Selain itu, dari segi pelajaran atau amanat yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca yang dapat diambil setelah membacanya sampai selesai.


Hasil Analisis Cerpen

Hasil Analisis Cerpen
Pergaulanku
Karya Edi Rohadi

Oleh:
Nama : Moh. Anwar Syi’aruddin
NIM : 208 500 344
29 Desember 2010, Pukul 21.00 WIB

LANDASAN TEORI
Menurut Abrams ( Semi, 1985 : 13 ) teori struktural adalah bentuk pendekatan yang objektif karena pandangan atau pendekatan ini memandang karya sastra sebagai suatu yang mandiri. Ia harus dilihat sebagai objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri, oleh sebab itu kritik yang dilakukan atas suatu karya sastra merupakan kajian intrinsik semata. Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antar unsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna. Di suatu pihak struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagiannya yang menjadi komponennya secara bersama-sama membentuk kebulatan yang indah.
Cara kerja dari teori struktural adalah membongkar secara struktural unsure-unsur intrinsik, yaitu dengan mengungkapkan dan menguraikan unsur-unsur intrinsik di dalam cerita pendek Pergaulanku karya Edi Rohadi. Unusr-unsur itu dalam karya sastra terjalin secara erat satu dengan yang lainnya. Unsur yang dimaksud dalam hal ini adalah unsur instrinsik yaitu : tema, tokoh, alur, dan latar. Oleh sebab itu, karya sastra disebut sebagai sebuah bangunan yang berstuktur atau bersistem. Jika terjadi sebuah perubahan pada sebuah unsur, maka akan mengakibatkan hubungan antarunsur menjadi berubah pula.

PENGANTAR
Sebuah cerpen yang mempunyai nilai begitu besar dalam kemanusiaan. Kita dituntut untuk dapat menjadi orang yang tidak menyia-nyiakan akan seorang sahabat dan menganggap sepele terhadap perasaan . Satu esensi yang saya temukan ketika pertama kali menelaah cerpen ini adalah kemiripan berbagai tema, alur, setting dengan multikultural suatu cerita yang bersifat fiktif yang ada pada sebuah sekolahan. Sebuah perjalanan yang diawali oleh sebuah perkenalan yang kemudian melahirkan sebuah perasaan cinta yang kemudian menimbulkan salah faham yang berakhir dengan rasa sakit dan penuh penyesalan. Dari segi cerita sangat menarik walau akhir cerita sudah bisa ditebak pada alinea-alinea awal tapi hal itu dapat ditutupi dengan klimaks yang sangat berapi-api, cepat, lugas dan mudah dipahami. Fenomena cerpen ini kadang membuat saya berkhayal tentang multikultural indonesia yang selalu nampak pada sinetron-sinetron dalam televisi, yang mana hala itu hampir ada kemiripan dengan cerita ini. Bagi saya, seorang perempuan yang sangat peka terhadap hal-hal yang kecil dikonotasikan dengan pihak yang sangat susah dicari pada masa sekarang. Pihak yang menilai seseorang dari kepribadiannya, sisi perhatiannya bukan melihat keturunannya. Semoga cerpen ini membawa kesadaran akan pentingnya arti sebuah sahabat dan cinta, sehingga tidak ada yang disepelekan keduanya.

KILAS CERITA
Cerita pendek ini mengisahkan tentang kisah cinta seorang laki-laki (Radian) yang selalu tak mencapai hasil sehingga selalu berakhir dengan kekecewaan dan meninggalkan rasa sakit dari sebuah penyesalan yang disebabkan oleh dirinya sendiri yang selalu memendam apa yang menjadi harapannya sehingga selalu mengkibatkan salah faham diantara sahabat dan penyesalan diakhirnya. Dalam alur cerita, seorang Ian yang polos, pendiam menyukai seseorang perempuan yang kemudian mempunyai hasrat ingin bisa bersamanya menjalin hubungan asmara, tapi dia selalu tidak melupakan akan sahabatnya.
Klimaks cerita berawal ketika Ian bersekolah di pesantren, dia menjadi pemenang dalam sebuah perlombaan. Ketika itu dia bertemu dengan seorang perempuan yang bernama Risma, yang dengan sepontan ia pun langsung jatuh hati padanya. Kemudian dia meminta tolong kepada sahabatnya yang hasilnyapun tercapai. Namun setelah hampir akan lulus dari sekolah, tentunya mereka akan berpisah, sehingga ketika mereka hubungannya sedang berjalan kekecewaan mulai nampak ketika perempuan itu dijodohkan. Setelah lulus Ian berpindah sekolah tepatnya ke salah satu SMA di Kuningan. Dia mempunyai sahabat yang sangat setia bersamanya dalam suka dan duka. Di sekolahnya dia termasuk orang yang berprestasi, sehingga dia selalu berbagi dalam menyelesaikan PRnya dengan sahabatnya. Suatu ketika, ada seorang siswi baru di kelasnya yang sangat cantik dan merupakan orang berada. Ian pun sangat mengagumi akan kecantikannya begitupun sahabatnya. Berselang waktu, Ian mencoba untuk menyimpan perasaannya itu tapi ketika suatu waktu dia mulai bisa dekat dengan siswi baru itu yang bernama Adinda yang berawal di dalam sebuah bis. Setelah cukup lama mereka sangat dekat, ada pihak-pihak yang tidak senang akan kedekatannya itu, termasuk sahabat dekanya sendiri (Rendy). Sahabatnya itu tidak terima karena Ian sangat dekat sekali dekat siswi baru itu yang rendy pun suka. Akhirnya mereka sempat renggang persahabatannya dan sering tak bersama lagi. Pihak yang lain muncul dari temen kelasnya yang tidak menyukai akan kehadiran siswi baru itu karena dia merasa tersaingi kecantikannya. Oleh karena itu dia mencoba menghasut temen-temannya dengan menyebarkan gambar-gambar tentang siswi itu yang merupakan hasil manipulasi/rekayasa yang mengakibatkan siswi baru itu shock berat sehingga masuk rumah sakit. Ian yang sedang bingung dengan dirinya, sahabatnya menemuinya dan akhirnya mereka kembali bersama karena diantara mereka hanya terjadi kesalah fahaman. Saat itu juga Ian mengetahui bahwa Adinda masuk RS (masuk ICU) mereka berdua langsung berangkat menemuinya, namun hasilnya ketika sampai mereka hanya mendapati kabar bahwa Adinda siswi baru itu telah tiada untuk selamanya. Penyesalan muncul dalam dirinya.   
Hari duka itu ditutup dengan mimpi-mimpi Ian bersamanya, begitupun kedekatannya kembali dengan sahabatnya. Setelah kejadian itu dia mengambil pelajaran bahwa dia tidak ingin kejadian yang serupa terjadi lagi yang akhirnya akan menyesal. Dia bersyukur mempunyai sahabatnya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka, dan ia pun tidak ingin menyia-nyiakannya dengan niat akan manjaganya.
      1.      Tema
Tanpa tema, sebuah cerita rekaan tidak ada artinya sama sekali, karena tema merupakan dasar cerita yang paling penting dari seluruh cerita. Tema juga merupakan tujuan cerita, atau ide pokok di dalam suatu cerita yang merupakan patokan untuk membangun suatu cerita. Robert Stanton menempatkan tema sebagai sebuah arti pusat dalam cerita, yang disebut juga sebagai ide pusat dan Stanton juga menyatakan bahwa tema cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, tema menjadi salah satu unsur dan aspek cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan sekaligus sebagai unsur pemersatu kepada sebuah fakta dan alat-alat penceritaan, yang mengungkapkan tentang kehidupan.
Tema tidak dapat dipisahkan dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan pengarang dalam karyanya sebab tema selalu berkaitan dengan masalah (kehidupan) yang dikemukakan dalam cerita rekaan tersebut. Adapun cerpen  Pergaulanku  karya Edi Rohadi ini mengandung tema tentang kisah cinta seorang laki-laki yang selalu lahir dari pandangan pertama, namun selalu kandas harapannya dan berakhir dengan menorehkan rasa sakit. Sedangkan beberapa masalah (tema minor) diantaranya sebagai berikut:
   o   Cinta
Pandangan pertama yang membuatnya jatuh cinta, seperti yang diungkapkan pengarang:
Setelah selesai perlombaan, kira-kira beberapa menit sebelum pulang. Ketika itu aku berpapasan dengan santriwati yang memang sedang ikut lomba juga. Akupun berkenalan dengannya. Dan sebut saja namanya Risma. Aku merasa bahagia banget. Karena memang selama ini aku ga pernah puny atman cewe. Risma, ya nama itu yang selalu teRengat dalam benakku. Setelah perkenalan itu aku g pernah lihat dia lagi. Entah mengapa rasa ingin tentang dia semakin menjadi.
   o   Sahabat (Kepedulian)
Ungkapan Ian kepada sahabatnya:
“oh, bilang dong dari tadi, kirain ada apa, nih”. balasku, sambil menyodorkan buku matematikaku kepadanya.

Keperdulian sahabatnya kepada Ian;
“cesss...” tiba-tiba ada sebuah kaleng dingin yang menempel di pipi kiriku. Begitu kutengok ke kiri, ternyata Frendy...., sahabat karibku itu telah ada di samping kiriku. Sambil menyodorkan minuman kaleng dingin kesukaanku, dia tersenyum bahagia penuh arti.

       2.      Penokohan
Pembicaraan mengenai alur pada dasarnya adalah pembicaraan mengenai rangkaian peristiwa dan kejadian dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen atau novel, sedangkan peristiwa itu terjadi karena tindakan dan perbuatan manusia yang menjadi tokoh cerita dalam konfliknya sesama tokoh atau dengan lingkungannya. Henry James secara retorik menyatakan karakter (watak) sesungguhnya merupakan penentu bagi peristiwa dan kejadian. Sebaliknya, peristiwa merupakan ilustrasi atau pencerminan karakter tokoh. Saleh Saad menyatakan bahwa tokoh dan penokohan merupakan faktor penting yang harus ada dalam cerita sebab segenap peristiwa terjadi karena aksi/tindakan para tokoh cerita itu. Dengan kata lain, peristiwa dan kejadian di dalam cerpen Pergaulankukarya Edi Rohadi tidak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari tokoh yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut.
Pada cerpen ini terdapat satu tokoh sentral, yaitu Radian (Ian), yang mempunyai watak sebagai berikut:
  • Mudah tertarik (perempuan)
Ungkapan permintaan tolong kepada Akbar temannya untuk bisa lebih dekat dengan perempuan yang ia sukai:
“Akbar, nte punya sodara yua di aspi??”. Tanyaku sambil meletakan tas di atas meja.
“ wah ane curiga nih. Biasanya lo dah nanyaen hal itu pasti da maunya.” Ledek Akbar.
“bukannya gitu cuy, ane lagi pengen deket ma seseorang. Dan ane tahu ente orang yang tepat yang bias bantu ane. Heheheh”. Baasku dengan sedikit memujinya.
“ah ente… pengen deket ma siapa ci?? Ntar ane blangin ma sepupu ane???. Tanya Akbar.
“ namanya Risma. Ente bilang za ma sepupu nte salamin ma yang namanya Risma dari ane. Okeh?? Sebelumnya sorry nih ngerepotin. Heheheheh”. Jawab ku dengan berbisik karena memang waktu itu sudah banyak anak-anak di kelas.

  • Sabar dan pantang menyerah
........Hari demi hari Aku lalui dengan senyum dan bahagia, tetapi Aku tetap fokus dan mementingkan pelajaran. Terkadang problema datang dan pergi tanpa permisi , tetapi Aku pantang menyerah dalam menjalani masalah. UAN telah tiba , Aku berharap dapat menyelesaikan dan berhasil menjalani berbagai Rentangan di MTS.

  • Setiakawan
....“ Ian, bantuin Risma dunk. Soal nmr 25-30 susah banget. Sahut Risma sabil laarak lirik takut ada pengawas.
“ Yua gampang. Bentar dlu yua”. Jawabku sambil tersenyum. Dalam hati ku bergumam. Siapa tahu Risma mao jadi cewe aku kalo saja aku bisa bantu dia ngerjain tugas. Dengan penuh yakin aku berikan jawabanku pada Risma. Dan tentu Risma pun menerimanya dengan penuh senyuman.
...... “Anu,anu, aku pinjem PR matematikamu” katanya dengan terengah-engah.
“oh, bilang dong dari tadi, kirain ada apa, nih”. balasku, sambil menyodorkan buku matematikaku kepadanya....

  • Perasa / pengkhayal
...... Pikiranku kini melayang jauh, jauuuuh sekali , mungkinkah orang sepertiku pantas disampingnya??? Apakah ini memang benar cinta? Ataukah hanya kagum sementara? Ah, aku masih sangat bingung memikirkan itu semua.
Hari-hari selanjutnya menjadi hari-hari yang tidak biasa dalam hidupku, kini aku lebih seReng menghabiskan waktuku dengan melamun.....

      3.       Alur
Alur sebenarnya merupakan salah satu aspek intelektual dan logika dalam cerita rekaan, yang juga memerlukan misteri, yang membuat pembacanya mungkin meraba-raba dalam dunia yang tidak nyata. Alur adalah jalan cerita dalam sebuah cerpen dengan pengertian bagaimana cara pengarang menyuguhkan cerpennya kepada pembaca, bagaimana suatu cerita dirangkaikan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain dalam hubungan kausalitas. Saleh Saad mencoba merumuskan pengertian alur sebagai sambung-sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Hubungan sebab-akibat dalam alur selalu menuntut kemampuan daya ingat dan kecerdasan berpikir pembaca agar dapat memahami sebuah cerita rekaan.
S. Tarif menyebut alur sebagai konflik yang merupakan tulang punggung sebuah novel. Konflik memang dapat dihadirkan dalam berbagai bentuk di sepanjang alur, seperti antartokoh cerita, antara tokoh dengan alam sekitarnya, dan intertokoh cerita yang biasanya dikenal dengan konflik batin. Tanpa konflik, alur cerita tidak akan bergerak.
Dalam Cerpen Pergaulankukarya Edi Rohadi, dalam mengisahkan ceritanya, pengarang menggunkan alur mundur. Diawali dengan tahap kesendiriannya yang mulai teringat mengenang masa sekolahnya, SMP dan SMAnya dulu yang sekarang akan menginjak perguruan tinggi, yaitu pada paragraf 1. Disusul dengan suatu keadaan yang mulai bergerak, yaitu pada paragraf 4 hingga selesai, yaitu mulai peristiwa kisah cintanya sejak masuk sekolah SMP yang kemudian memasuki masa SMAnya, dan tokoh utama mengalami gejolak batin dengan pasangannya karena selalu berakhir dengan kekecewaan maupun sahabatnya karena sebuah kesalah fahaman. Penyelesaian cerpen ini menurut saya mudah ditebak (happy ending) dengan dengan memperhatikan gerakan alurnya.

      4.      Setting
Dalam analisis cerita rekaan, latar atau setting juga merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi penentuan nilai estetik karya kesusastraan. Latar atau setting juga merupakan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis dan dinilai. Latar biasa juga disebut sebagai atmosphere atau setidak-tidaknya bagian atmosphere atau tone secara keseluruhan.
Pada cerita rekaan, boleh dikatakan hampir selamanya diperlukan dan dipentingkan latar cerita yang secara singkat dapat dikatakan berfungsi untuk membuat cerita rekaan tersebut supaya terasa lebih hidup, lebih segar, atau memberikan lukisan yang lebih jelas mengenai peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, dan sebgainya sehingga seolah-olah sungguh-sungguh terjadi seperti dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Pada dasarnya, latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita pada suatu waktu tertentu. Dengan cara yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa latar adalah lingkungan di sekeliling pelaku cerita, mungkin berupa sebuah kamar, lingkungan kehidupan sebuah rumah tangga, bahkan di dalamnya termasuk pula pekerjaan dan lingkungan pekerjaan para pelaku, alat-alat yang digunakan dan berhubungan dengan pekerjaan tokoh, dan sebagainya.
Dalam cerpen ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan setting, yaitu:
·         Setting Tempat
1.      Mobil (bis)
2.      Jalan (trotoar jalan)
3.      Sekolah (kelas)
4.      Pedesaan (Desa Bungur)
5.      Pesantren
6.      Kamar
7.      Rumah
8.      Kantin
9.      GSM (Grand Surya Mall)
10.  Rumah Sakit
·         Lingkungan Kehidupan
1.      Lingkungan pesantren
2.      Lingkungan sekolah
3.      Lingkungan GSM
4.      Lingkungan rumah sakit
·         Sistem Kehidupan
- Sistem kehidupan pendidikan             : ada murid dan guru.
- Sistem kehidupan rumah sakit             : terdapat suster, orang-orang yang menjenguk, dsb.
·         Alat-alat yang digunakan atau benda-benda yang berhubungan dengan suatu lingkungan kehidupan
Surat, alat-alat transportasi (mobil, motor), bangku-bangku sekolah dan alat tulisnya.
·         Waktu terjadinya peristiwa
Pagi dan siang hari, sewaktu sekolah dan waktu istirahat atau pulang sekolah.

      5.      Sudut pandang penceritaan
Dalam menyuguhkan ceritanya, pengarang dapat menggunakan beberapa sudut pandang dalam arti seorang pengarang bisa mengambil atau memilih suatu posisi serta kedudukan tertentu terhadap kisah yang akan ditulisnya. Ada kalanya seorang pengarang hanya mengambil posisi sebagai orang luar saja, berada di luar cerita yang dikisahkannya. Akan tetapi, kemungkinan juga pengarang akan mengambil posisi sebagai salah seorang tokoh yang melibatkan diri serta ikut bermain dan mengambil peranan dalam cerita tersebut tanpa mengurangi sifat rekaan cerita itu. Baik mengambil posisi sebagai orang luar maupun melibatkan diri sebagai pemeran atau tokoh, namun tokoh cerita itu sendiri tetap merupakan tokoh rekaan pengarang.
Dalam Cerpen Pergaulankuini pengarang menggunakan sudut pandang pertama dalam pengisahkan ceritanya, yaitu dengan aku sebagai tokoh utama (first-person-central), yaitu tokoh utama mengisahkan cerita dalam kata-katanya sendiri.

      6.      Gaya bahasa/ simbol
Penggunaan gaya bahasa sastra mungkin kadang membuat pembaca lebih bingung daripada ketika melihat sarana cerita lainnya. Namun, gaya bahasa tidaklah aneh dan sulit dengan sendirinya. Alasan itu didasarkan bahwa hampir semua gaya bahasa dalam sastra tidak lebih merupakan fakta yang tampaknya masuk akal. Sebagian besar gaya bahasa sastra mengungkapkan arti dengan sebenarnya, namun ada juga yang kadang menggunakan simbol. Kita sebagai pembaca ada hanya untuk mengetahui pernyataan-pernyataan itu sebagai simbol atau bukan, dan mencari makna yang maksud jika itu simbol.
Di dalam cerpen  ini gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang cukup mudah untuk dipahami, karena pengarang tidak menggunakan istilah-istilah sulit yang tidak dimengerti. Gaya bahasanya akan mampu dicapai oleh para remaja juga. Gaya bahasanya cukup baik, mampu membawa pembaca ke arah suasana yang pengarang dimaksud.
      7.      Amanat / Pesan
Amanat dalam sebuah cerpen/novel sangat pentinga, karena jika amanat itu tidak ada, maka karya tersebut akan terasa tidak menarik sehingga tidak mempunyai nilainya. Suatu amanat disisipkan biasanya disertakan ketika di akhir cerita. Pembaca dapat mendapatkannya setelah karya tersebut dibaca sampai selesai. Amanat atau pesan yang saya tangkap dari cerpen ini yaitu ungkapkan perasaan kita jika itu memungkinkan untuk diungkapkan dan harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada yang namanya penyesalan atau rasa kecewa.

KESIMPULAN
Menurut saya, cerpen yang berjudul Pergaulanku ini cukup bagus karena penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dalam menuturkan ceritanya sehingga yang dialami tokoh utama benar-benar dapat dirasakan oleh pembaca. Atau dengan kata lain, pembaca dapat dengan mudah masuk, meresapi, dan merasakan apa yang dialami oleh tokoh utama. Selain itu, dari segi pelajaran atau amanat yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca yang dapat diambil setelah membacanya sampai selesai.


Muqabalah

المقابلة

  1. Pengertian Al-Muqabalah
Al-muqabalah adalah dua lafaz atau lebih dalam suatu kalimat kemudian di ikuti oleh dua lafaz atau lebih yang berlawanan artinya.
  1. Contoh:
1-              لِكَيلاَ تأْسُوهُ عَلَي مَا فَا تَكُمْ وَ لاَ تَفْرَحُوْا بِمَا آتَاكُمْ
“(Kami jelaskan yang sedemikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang liput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya  kepadamu” (QS.Al-Hadid:23)

2-              كدر الجماعة خير من صفوا الفرقة
“ Kejahatan yang terorganisir itu lebih baik dari pada kejujuran yang berserakan”

3-              اِنَّكُمْ لَتَكْسُرُوْنَ عِنْدَ الفَزعِ وَتَقِلُّونَ عِنْدَ الطَّمَعِ
“ Sesungguhnya kalian menjadi banyak ketika tidak di harapkan, namun kalian menjadi sedikit ketika diharap-harapkan.
  1. Analisa
  2. Lafaz ini menunjukkan pada sifat yang berlawanan yaitu lafaz تأسُوا  (dukacita) dan تَفْرَحُوا  (gembira) dan lafaz  مَافَاتَاكُم  (apa yang luput dari kamu) dan بِمَاآتَاَكُمْ (apa yang diberikan kepadamu).
  3. Ada dua lafaz kemudian diikuti oleh dua lafaz yang berlawanan. Lafaz     كدر   (keruh) dan صفو (jernih) kemudian   الجماعة  (kebersamaan) dan الفرقة  (perpecahan).
  4. Dalam kalimat tersebut terdapat dua lafaz yang berlawanan yakni لَتَكْسُرُوْنَ  (banyak) dan تقلُّونَ (sedikit) serta عِند الفزع (tidak diharapkan) dan عِند الطَّمَعِ  (diharap-harapkan).



DAFTAR PUSTAKA

Idris mardjoko;”Ilmu Balagah”,Yogyakarta:Teras, Cet.I, 2007.


Makalah Filsafat Budaya (Akulturasi)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Sebagai mahluk dinamis, manusia beserta kebudayaannya tidak terlepas dari yang namanya perubahan. Merupakan sebuah kenyataan bahwasannya setiap kebudayaan selalu dalam proses perubahan. Banyak hal yang menyebabkan perubahan suatu kebudayaan, salah satunya adalah akulturasi. Akulturasi merupakan bentuk asimilasi dalam kebudayaan yang berpengaruh antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Jadi, akulturasi itu akan terjadi jika adanya hubungan yang cukup lama antara dua kebudayaan yang berbeda.
            Dewasa ini, sedikit orang yang memahami akan artinya akulturasi itu, sehinggga perubahan-perubahan yang terjadi di suatu lingkungan hidup tidak terasa yang pada hakikatnya telah terjadi banyak perubahan yang disebabkan banyak faktor, baik itu dari luar atau pun dari dalam. Padahal dalam kenyataannya perubahan itu dapat dikendalikan dengan pengertian, kesadaran dan dengan menyusun konsepsi corak baru kebudayaan yang lahir dari akulturasi. Dilihat dari agama akulturasi itu dianjurkan, sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-Hujurat: 13, yang menegaskan bahwa umat manusia itu terdiri dari satu kesatuan sosial yang mengharuskan bangsa dan kaum berkenalan antara yang satu dengan yang lain. Tegasnya, memperkenalkan kebudayaannya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang penulis utarakan, maka yang menjadi pokok bahasan penulis merumuskan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan akulturasi itu?
2.      Bagaimana potensi akulturasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?



C. Tujuan Penulisan
            Dengan adanya tulisan ini Para pembaca dapat mengetahui, memahami tentang apa yang dinamakan dengan akulturasi dan segala hal yang yang tercakup di dalamnya. Selain itu, ditulisnya makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada Mata Kuliah Filsafat Budaya.


























BAB II
PEMBAHASAN

Akulturasi

A.    Perubahan Budaya
Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru, dan akibatnya dalam penyesuaian cara hidup dan kebiasaannya kepada situasi baru. Tidak setiap perubahan berarti kemajuan, perubahan itu disertai kritik, konflik dan pembatalan nilai-nilai lama lalu menyeleweng dari hasil yang telah dicapai, ataupun membawa serta penghalusan warisan kebudayaan dan peningkatan nilai-nilai. Perubahan yang paling berharga terjadi di dalam masyarakat, dimana ketahanan mental-rohani selalu sanggup memperbaharui dirinya oleh daya kritik diri, refleksi dan daya cipta. Autokritik di hadapan nilai-nilai objektif menjamin bahwa perubahan bersifat kemajuan. Lapangan autokritik itu diisi baik dengan penemuan baru di dalam kebudayaan sendiri maupun dengan sarana, ajaran, adapt, dan sikap yang ditemukan dalam kebudayaan lain.
Penemuan daya uap, listrik, suntikan, radio, aviatik, dan energi nuklir mengubah wajah kebudayaan barat dalam dasawarsa terakhir lebih intens daripada dalam ribuan tahun sebelumnya. Semua itu terjadi berkat perencanaan sistematis untuk membuka tabir rahasia alam. Setiap tahun lebih dari 100.000 penemuan yang dituju dan diakui dengan hak oktroi. Semua itu mengakibatkan perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, nilai budaya dan pemandangan dunia tanpa adanya kontak yang menyuburkan dengan lingkungan kebudayaan lain. Jumlah tulisan yang pernah disusun sejak papyrus Mesir atau cuneogram Babilon pertama sampai tahun 1948 sebanyak jumlahnya dengan buku-buku yang dicetak antara 1948-1958. Proses mengintegrasikan nilai internasional itu ke dalam kebudayaan-kebudayaan lokal tradisional disebut akulturasi. Penjiwaan dan reintegrasi struktur budaya lama berkat pinjaman budaya dari luar, serta tuntutan asimilasi pun merupakan seluruh problematik akulturasi.
Untuk menjelaskan perubahan struktural orang harus mempertimbangkan bobot kausal variable-variabel tertentu. Artinya, haruslah ditentukan unsure, institusi, atau struktur mana yang lebih mendasar, lebih fungsional daripada yang lain. Suatu intuisi atau kegiatan budaya dikatakan fungsional manakala memberikan andil bagi adaptasi atau penyesuaian sistem tertentu dan disfungsional apabila melemahkan adaptasi. Intuisi yang sama itu bahkan dapat sekaligus mempunyai konsekuensi fungsional dan disfungsional, meskipun jika ditimbang-timbang akan ternyata ia lebih disfungsional daripada fungsional atau sebaliknya.
Perubahan kebudayaan tidak terlepas dari hubungan sosial. Terjadinya perubahan itu dikarenakan adanya perubahan sosial sehingga terjadilah perubahan kebudayaan. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas, sehingga sudah tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan-perubahan dalam kebudayaan tidak perlu mempengaruhi system sosial. Kebudayaan dikatakan mencakup segenap cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan karena warisan yang berdasarkan keturunan. Taylor mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum adapt istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, perubahan-perubahan kebudayaan merupakan setiap perubahan dari unsure-unsur tersebut.
Walaupun secara teoritis dan analitis pemisahan antara pengertian-pengertian tersebut dapat dirumuskan, di dalam kehidupan nyata, garis pemisaha tersebut sukar dapat dipertahankan. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri seperti berikut :
1.      Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
2.      Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja.
3.      Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
4.      Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
Dalam perubahan budaya ini tidak terlepas dari pengaruh masyarakat lain,  hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbale balik. Artinya, masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lain, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu dari dua kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan terhadap unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula unsure-unsur tersebut ditambahkan  pada kebudayaan asli. Akan tetapi, lambat laun unsur-unsur kebudayaan aslinya diubah dan diganti oleh unsur-unsur kebudayaan asing.

B.     Pengertian Akulturasi
Akulturasi adalah bentuk asimilasi dalam kebudayaan, pengaruh pada suatu kebudayaan oleh kebudayaan lain yang terjadi apabila pendukung -pendukung dari kebudayaan itu berhubungan lama1). Sebuah panitia dari Social Science Research Council, terdiri dari R. Redfield, R. Linton dan M. Herskovits untuk merumuskan akulturasi secara teliti, yang hasilnya mereka mendefinisikan :
 

1Gazalba Sidi, Kebudayaan Sebagai Ilmu, (Jakarta: Pustaka Antara,1968), cet. III, hlm. 119.

“Acculturation comprehends those phenomena which result when groups of individuals having different cultures come into continous first-hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns of either or both groups”2).
Untuk dapat berhasil baik akulturasi perlu dipenuhi dengan syarat berikut, yaitu :
a.       Syarat persenyawaan (affinity), yaitu sebuah penemuan baru diterima tanpa “shock”, bila kebudayaan acceptor telah mampu menemukan hal semacam itu                  sendiri. Metode development baru lebih memperhatikan penjiwaan (animation) tradisi daripada penghapusannya.
b.      Syarat keseragaman (homogeneity), harus dapat diolah jangan sampai ditinggalkan.
c.       Syarat fungsi, dibuktikan. Unsur-unsur asing yang hanya diimport untuk gengsi dan kementerengan tidak tahan lama, tapi jawaban atas soal yang dicari tanpa hasil di dalam segera diasimilir bila didapat di luar.
d.      Syarat seleksi, yang ditentukan oleh kebutuhan jasmani dan roahani, objectif dilaksanakan menurut batas-batas habitat dan biome dan selera subjectif, bila dipilih tanpa pertimbangan matang, keutuhan kebudayaan terancam.
Akulturasi adalah proses “midway” antara konfrontasi dan fusi. Dalam konfrontasi belaka, dua pihak berhadapan satu sama lain dalam persaingan yang mungkin menimbulkan konflik3).




 


2Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), cet. 15, hlm. 115.
3Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), cet. 15, hlm. 119.



C.    Pendukung Akulturasi dan Keadaannya
Pendukung-pendukung akulturasi yang aktif itu adalah angkatan muda, sedangkan angkatan yang tua itu mereka enggan, tidak mau bahkan biasanya menolak unsure-unsur kebudayaan asing. Perbedaan sikap dalam akulturasi antara golongan tua dan muda adalah disebabkan oleh kepribadian, tabiat dan isi jiwa masing-masing, sehingga yang tua ingin tetap bertahan dalam kebudayaan lama sedangkan yang muda bergerak pindah kepada kebudayaan yang baru. Selain itu, diantara bangsa yang mengalami akulturasi ada individu-individu yang tidak bias bertahan dalam kebudayaan yang lama dan tidak pindah kepada kebudayaan yang baru, sehingga mereka takserbatentu dalam kebudayaan yang akhirnya mengalami vakum kebudayaan. Orang yang mengalami vakum dalam kebudayaan itu diantaranya yang celaka sekali, kehidupan mereka teratur, mereka kehilangan ukuran dan nilai, kehilangan pegangan serta pedoman dalam kehidupan.

D.    Masalah dan Perubahan Akulturasi
Masalah akulturasi ialah penyesuaian diri antara manusia dan golongan-golongan manusia. Kebudayaan yang lebih tinggi tingkatannya merupakan pemimpin dari mereka yang tingkat kebudayaannya rendah. Duyvendak dan Baal mengatakan dalam akulturasi Indonesia bahwa kebudayaan Baratlah yang merupakan pemimpin. Adapun perubahan akulturasi itu pada dasrnya adalah dalam pengetahuan, cita-cita, tingkahlaku perbuatan, kebiasaan individu-individu yang mengalami proses tersebut. Perubahan ini melalui representations collective, yang artinya pada teori ini saling mempengaruhi antar pribadi, individu yang lain dipengaruhi oleh individu yang telah berubah sehingga makin banyak individu yang berubah, maka makin banyak yang beranggapan umum. Anggapan umum itu mempengaruhi masyarakat dan isi anggapan umum itu akhirnya dimilki oleh masyarakat dan terbentuklah representations collectives.



E.     Potensi Akulturasi
            Individu-individu merespons perubahan baru dengan berdasarkan pengalaman mereka terdahulu. Mereka menerima apa yang menguntungkan dan menolak apa yang akan merugikan, serta pola akulturasi itu tidaklah seragam tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensi akulturasi yang dimilki imigran sebelum berimigrasi. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dengan budaya pribumi merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi akulturasi. Berdasarkan karakteristik, imigran yang lebih tua umumnya mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka lebih lambat dalam memperoleh budaya-budaya baru (Kim, 1976). Pendidikan terlepas dari konteks budayanya, dapat memperbesar kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman baru dan menghadapi tantangan hidup.
            Faktor lain yang memperkuat potensi akulturasi adalah factor-faktor kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil risiko, keterbukaan dan sebagainya. Karakteristik seperti ini membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. Pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat media massa juga dapat mempertinggi potensi akulturasi imigran.

F.     Mempermudah Akulturasi Lewat Komunikasi
Sebagaimana orang pribumi mengalami enkulturasi lewat komunikasi, maka seorang imigran terakulturasi ke dalam budaya pribumi lewat komunikasi pula.  Proses akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan dan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominant yang ada pada masyarakat pribumi. Kecakapan komunikasi pribumi yang diperoleh pada gilirannya mempermudah semua aspek penyesuaian diri lainnya dalam masyarakat pribumi. Informasi tentang komunikasi imigran memungkinkan kita meramalkan derajat dan pola akulturasinya sebagai suatu kerangka konseptual untuk menganalisis pola-pola komunikasi imigran, serta perspektif sistem komunikasi telah disajikan. Secara ringkas, perspektif sistem mengakui proses-proses interaksi dinamik antara komunikasi persona, komunikasi sosial, dan lingkungan komunikasi. Komunikasi persona dapat dianalisis dengan melihat kompleksitas kognitif, pengetahuan tentang pola-pola dan aturan-aturan komunikasi pribumi, citra diri, dan motivasi akulturasi.  Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat mempermudah akulturasi yang dialaminya dalam masyarakat pribumi. Potensi akulturasi ditentukan oleh factor-faktor berikut :
1.      Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi.
2.      Usia pada saat berimigrasi.
3.      Latar belakang pendidikan.
4.      Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.
5.      Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi.
Proses akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan kontak langsung dengan sistem sosio-budaya pribumi. Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan social, lingkungan komunikasi, dan potensi akulturasi sebelum berimigrasi-secara interaktif mempengaruhi jalannya perubahan pada proses akulturasi imigran. Proses akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus, tapi bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan asimilasi yang sempurna. Kotak langsung dan terus-menerus yang dilakukan imigran dengan suatu lingkungan sosio-budaya yang baru akan menimbulkan perubahan akulturatif. Akulturasi yang tidak menyeluruh bergantung pada pendapat orang, dapat ditafsirkan sebagai bukti adanya (sebagian) asimilasi atau (sebagian) etnisitas.
Untuk menunjang kecakapan komunikasi dalam budaya pribumi, imigran harus mengembangkan kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan dengan lingkungan pribumi. Dengan mengembangkan suatu komunikasi akulturasi yang kuat, imigran menjadi terorientasi secara positif terhadap masyarakat pribumi dan menerima norma-norma dan aturan-aturan budaya pribumi. Dengan partisipasi aktif dalam sistem-sistem komunikasi pribumi, imigran akan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih realistic dan pandangan yang lebih positif tentang suatu cara hidup yang baru. Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif mendorong dan menarik antara seorang imigran dan lingkungan pribumi, tapi anggota-anggota masyarakat pribumi dapat mempermudah akulturasi imigran dengan menerima pelaziman (conditioning) budaya asli imigran, dengan memberikan situasi-situasi komunikasi yang mendukung kepada imigran, dan dengan menyediakan diri secara sabar untuk berkomunikasi antar budaya dengan imigran.
Inti akulturasi interaktif adalah proses komunikasi yang menghubungkan individu-individu imigran dengan lingkungan sosio-budaya mereka. Selama saluran-saluran komunikasi bersama tetap kuat, konsensus dan pola-pola tindakan bersama akan tetap berlangsung dalam masyarakat pribumi. Seperti yang dikatakan oleh Mendelson (1964), bahwa komunikasi dapat menggabungkan kelompok-kelompok minoritas ke dalam suatu organisasi social yang memilki gagasan-gagasan dan nilai-nilai bersama.  


















BAB III
KESIMPULAN

Perubahan kebudayaan terjadi dimana-mana, salah satunya akulturasi. Akulturasi adalah bentuk asimilasi, perubahan dalam kebudayaan, pengaruh pada suatu kebudayaan oleh kebudayaan lain yang terjadi apabila pendukung -pendukung dari kebudayaan itu berhubungan lama
R. Redfield, R. Linton dan M. Herskovits sebagai panitia dari Social Science Research Council merumuskan akulturasi secara teliti, yang hasilnya mereka mendefinisikan : “Acculturation comprehends those phenomena which result when groups of individuals having different cultures come into continous first-hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns of either or both groups”.
Perubahan baru terjadi berdasarkan pengalaman. Individu-individu menerima apa yang menguntungkan dan menolak apa yang akan merugikan, serta pola akulturasi itu tidaklah seragam tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensi akulturasi yang dimilki imigran sebelum berimigrasi. Adapun yang memperkuat potensi akulturasi adalah factor-faktor kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil risiko, keterbukaan dan sebagainya. Dalam akulturasi tidak terlepas dari komunikasi, akulturasi terjadi karena adanya komunikasi. Potensi akulturasi ditentukan oleh factor-faktor berikut :
1.      Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi.
2.      Usia pada saat berimigrasi.
3.      Latar belakang pendidikan.
4.      Beberapa karakteristik kepribadian seperti suka bersahabat dan toleransi.
5.      Pengetahuan tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi.





DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, David., Robert A. Manneis. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
           
            Bakker, JMW. 2005. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

            Gazalba, Sidi. 1968. Kebudayaan Sebagai Ilmu. Djakarta: Pustaka Antara.

            Mulyana, Deddy., Jalaluddin Rakhmat. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

         Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.